Formappi Ungkap Penyebab Kader Muda Terbaik PSI Hengkang

Partai Solidaritas Indonesia (PSI) (foto ilustrasi).
Sumber :
  • ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

VIVA – Partai Solidaritas Indonesia (PSI) terus ditinggal oleh talenta muda potensialnya. Kondisi itu tak lepas dari kepengurusan PSI di pusat yang dinilai bermasalah. 

Budi Arie Sebut Hak PDIP Nyatakan Jokowi-Gibran Bukan Kader Lagi

Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Lucius Karus menilai tata kelola kelembagaan PSI sebabkan kader-kader potensial tidak betah dan memilih hengkang. 

Jika sebuah partai dikelola dengan tidak cukup baik, dia berkata tidak akan memberikan harapan apapun bagi seorang politisi untuk bisa berkarir lebih tinggi lagi. 

Airlangga Dapat Dukungan Satkar Ulama jadi Ketum Golkar Lagi, Didoakan Menang Aklamasi

Kader PSI yang memiliki pengikut banyak, kata dia, tentu merasa akan sia-sia jika tetap bergabung dengan partai yang tidak memiliki masa depan untuk meraih batas parliamentary threshold saat pemilu.

Ia menilai, kader-kader potensial PSI lebih baik melirik partai yang besar sekalian, sehingga kerja politik di daerah pemilihan bisa mengantarkan ke parlemen. 

PSI Ungkap Sosok Gubernur yang Tepat Pimpin Jakarta

“Katakanlah misalnya Tsamara, kita tahu betul berapa suara yang diperoleh saat 2019, suara yang untuk perseorangan mestinya sudah sangat memadai untuk bisa melenggang ke DPR RI. Tetapi karena perolehan suara partai tidak menembus batas parliamentary threshold, suara memadai yang diperoleh Tsamara jadi sia-sia,” ucapnya, Rabu, 27 April 2022.

Lucius menilai performa Giring Ganesha sebagai Ketua Umum PSI juga tidak terlalu menonjol. Giring gagal dalam menjamin konsolidasi dan koordinasi dari pusat sampai ke daerah, sehingga sikap Dewan Pimpinan Pusat (DPP) dan Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PSI bisa berbeda. 

“Saya kira lebih banyak karena tata kelola kepartaian yang tidak cukup ter-manage dengan baik di bawah kepemimpinan Giring sekarang di PSI, yang kemudian membuat orang seperti Tsamara, orang seperti Dara, mungkin mencari jalan di luar PSI,” tutur Lucius. 

Hengkangnya Tsamara Amany dan Dara Nasution, kata dia, juga berpotensi sebabkan banyak kader PSI lainnya mengikuti langkahnya ke depannya. 

Sebagai politisi, kader akan memilih partai dengan potensi bisa mengantarkan masuk ke parlemen. Apalagi, dalam pemilu, pertimbangan seseorang memberikan suaranya bukan karena partainya, tetapi siapa yang mencalonkan diri. 

“Itu akan lebih realistis ketimbang bertahan dengan segala idealisme yang ada di partai yang justru akan membuat karier politiknya stagnan,” ucapnya. 

Tata kelola partai yang buruk terlihat dari bagaimana PSI belakang ini lebih banyak bergerak secara sporadis. Bahkan, PSI lebih banyak menyerang orang yang dianggap lawan politiknya daripada membangun basis suaranya. Ia menilai, terlalu gencar menyerang Anies merupakan contoh strategi PSI yang salah. 

“Bisa jadi untuk sebagian orang yang rasional, pilihan politik kita sangat terbatas dalam urusan pemilihan kandidat presiden dan wakil presiden. Sehingga mestinya urusan personal membenci seseorang yang potensial menjadi calon presiden itu tidak perlu menjadi sangat personal banget urusannya,” ujar Lucius. 

Di sisi lain, Lucius mellihat PSI tetap rasional dengan tetap melihat peluang. Namun, posisi PSI yang kukuh membenci Anies sejak awal justru berpotensi menjadi bumerang. Sebab, bisa jadi secara perseorangan ada kader-kader yang terganggu, sehingga semakin yakin untuk mencari peluang dengan hengkang dari PSI. 

Hingga saat ini, arah dan misi PSI masih tidak jelas. Bahkan, ketika sejumlah kader berhasil menduduki kursi di DPRD Provinsi/Kab/Kota pasca pemilu 2019, DPP PSI justru tetap ‘tenggelam’ dalam pertarungan wacana anti-Anies. Padahal, PSI nantinya akan menghadapi pemilu 2024. Menurut Lucius, PSI minimal harus mempertahankan kursi di DPRD yang sudah mereka raih. 

Lucius menambahkan posisi PSI yang permisif terhadap wacana tiga periode akan berdampak fatal terhadap reputasinya. Untuk anak muda yang mengalami reformasi pada 1998, tentu pembatasan periodisasi presiden sangat penting. 

Namun, PSI sebagai partai anak muda justru memilih mendukung perpanjangan masa jabatan presiden. Imbasnya, juga muncul penolakan dari dalam ‘tubuh’ PSI sendiri.

Baca juga: PSI Beri Respon Usai Jokowi dan Anies Tinjau Sirkuit Formula E

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya