Meski Solid, CSIS Sebut 3 Hal Bisa Pengaruhi Daya Tahan Koalisi KIB

KIB gelar silaturahmi nasional di Jakarta, Sabtu, 4 Juni 2022.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Wilibrodus.

VIVA – Partai Golkar, PAN dan PPP langsung membentuk Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), di tengah partai-partai lain belum berpikir untuk saling menggandeng dalam koalisi demi Pemilu 2024. Namun koalisi ini disebut berpotensi mencalonkan kandidat-kandidat kuat untuk maju dalam Pilpres 2024.

TKN Imbau Pendukung Prabowo-Gibran Tak Gelar Aksi Saat Sidang Putusan Sengketa Pilpres

Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial, Arya Fernandes menyampaikan tiga hal yang perlu menjadi perhatian khusus agar koalisi tersebut dapat bertahan hingga Pilpres 2024.

"Meskipun koalisi dini KIB itu strategis, paling tidak ada tiga hal penting yang bisa saja mempengaruhi soliditas atau daya tahan koalisi KIB tersebut," kata Arya dalam keterangannya via Zoom, Rabu 8 Juni 2022. 

Pemilu di AS dan Eropa Diprediksi akan Pengaruhi Iklim Investasi Indonesia

Yang pertama, kata dia, yang perlu diperhatikan yaitu keterbukaan power sharing yang didiskusikan di dalam internal gabungan partai tersebut. 

"Kalau power sharing-nya itu lebih terbuka, itu diprediksi koalisinya akan lebih stabil atau lebih solid. Tetapi, kalau power sharing-nya didiskusikan secara tidak terbuka, diprediksikan gampang bubar," jelas Arya. 

MK Kirim Surat ke Pihak Anies dan Ganjar untuk Hadiri Sidang Putusan Sengketa Pilpres 2024

Kedua, gabungan partai tersebut harus memperhatikan kandidat kuat yang berpotensi memenangkan voting dalam Pilpres 2024 mendatang. 

"Karena kalau calon yang diusung itu tidak potensial menang, itu koalisi juga akan rentan bubar, karena kenapa? Akan ada dorongan atau tarikan dari eksternal untuk berpindah dari koalisi lain yang dianggap mampu mengusung calon potensial menang," ujarnya. 

Ketiga, kata Arya partai politik yang akan bergabung menjadi satu koalisi harus memperhatikan kemana arah atau preferensi pemilih, ketika partai tersebut menentukan akan bergabung dengan koalisi tertentu.

"Hal ini menjadi penting ya karena, kalau partai-partai yang akan berkoalisi itu tidak bisa membaca kemana arah pemilih, terutama pemilih partai mereka, itu akan terpengaruh juga kepada pemilih untuk dukungan kepada partai tersebut," tambahnya.

Maka lanjutnya, jangan sampai partai kalah memetakkan keinginan konstituennya dan hanya melihat akan bergabung ke koalisi yang mana. 

"Jadi saya kira kesalahan partai dalam pilihan partai untuk menentukan koalisi mana yang akan mereka bergabung atau bagaimana skenario mereka terhadap koalisi ini, itu akan mempengaruhi perolehan suara partai-partai dalam pemilu," tutur Arya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya