Anies Dinilai Bisa Kena Framing Politik Identitas yang Merugikan

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan
Sumber :
  • Facebook Anies Baswedan

VIVA – Pengamat politik, Reza Hariyadi menilai Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang digadang-gadang sebagai salah satu bursa bakal calon Presiden 2024, akan menjadi sasaran empuk untuk dimainkan ke politik identitas.

Refly Harun: Anies-Muhaimin Pengkhianat Jika Gabung Pemerintah

Menurut dia, pola-pola stigmatisasi, framing hingga mobilisasi politik identitas biasanya menjadi modus dalam komodifikasi politik identitas. Targetnya, untuk mendistorsi opini publik dan memberikan label negatif kepada figur yang disasar.

Diketahui, beberapa waktu lalu muncul Majelis Sang Presiden yang mendeklarasikan dukungan kepada Anies sebagai calon Presiden 2024. Adapun, majelis tersebut mengklaim terdiri dari mantan anggota Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Front Pembela Islam (FPI) hingga mantan napi terorisme (napiter).

PKS Bakal Sambangi Markas PKB Malam Ini, Bahas Apa?

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, kunjungi Gedung Bharata Purwa di Senen.

Photo :
  • VIVA/ Rahmat Fatahillah Ilham.

“Ini tampak seperti komodifikasi politik identitas, siapa saja bisa disasar, dan Anies Baswedan sebagai figur capres bisa jadi target potensial. Mungkin motifnya untuk mencederai citranya di mata publik,” kata Reza di Jakarta pada Minggu, 26 Juni 2022.

Terpopuler: KPU Tetapkan Presiden Baru, Prabowo Sebut Senyum Anies Berat

Ia mensinyalir aksi dukungan calon presiden tidak lepas dari mobilisasi politik, tidak genuine. Misal, ada kelompok yang mengaku Ijtima Ulama mendukung Sandiaga Uno dan Majelis Sang Presiden usung Anies sebagai calon presiden 2024. Nah, aksi politik itu secara terpola, sistematis dan sulit dipungkiri adanya desain politik tertentu.

"Ini bisa dimainkan oleh lawan politik untuk menyudutkan karena dicap Islam garis keras, dan menjadi tantangan bagi Anies jika maju pilpres 2024,” jelas dia.

Tentu saja, Reza beranggapan stigma-stigma tersebut secara politik tidak menguntungkan Anies sebagai salah satu calon presiden (capres). Apalagi, Anies belakangan makin populer setelah Partai NasDem mengumumkan hasil rekomendasi rapat kerja nasional (Rakernas) beberapa waktu lalu.

“Adanya framing politik tersebut, tentu akan membatasi ruang gerak Anies untuk meraih dukungan kelompok moderat dan nasionalis,” ujarnya.

Padahal, kata dia, framing politik identitas akan mereduksi demokrasi dan dapat memecah belah anak bangsa menjelang Pilpres 2024. Namun, Reza yakin publik akan kritis terhadap politik identitas dan melawan aktor-aktor yang menggerakkan politik identitas hanya untuk kepentingan kekuasaan saja.

"Anies perlu mempelopori politik bermartabat, dan konsisten saja menjalankan program pro rakyat, memecahkan masalah-masalah faktual di Jakarta yang sudah dilakukan selama menjadi Gubernur DKI Jakarta," ucapnya.

Reza menyebut Anies lahir dan berpengalaman sebagai aktivis dari kampus yang dikenal corong moderasi di Indonesia, latar belakang sebagai akademisi dari kampus yang mengembangkan pemikiran inklusif dan moderat dari Cak Nur (Nurcholish Madjid).

"Semestinya dapat menegaskan pandangan dan komitmen Anies terhadap pluralisme dan kebangsaan," tandasnya.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya