Penguatan Kelembagaan Partai Politik Dinilai Sangat Diperlukan

Seminar Internasional Tentang Partai Politik
Sumber :
  • Istimewa

VIVA Politik – Penguatan kelembagaan partai politik, dinilai sangat urgen. Terlebih lagi dalam kondisi global seperti sekarang ini. Mengingat tanggungjawab sosial partai bukan hanya soal politik dalam negeri, tetapi juga internasional.

Bamsoet Nilai Sistem Demokrasi Pemilu Langsung Perlu Dikaji Ulang karena Marak Politik Uang

Dua faktor utama institusionalisasi parpol yang mempengaruhi adalah kepemimpinan stratejik, serta basis ideologi partai tersebut.

Hal itu diutarakan oleh Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto. Pria yang juga Doktor Ilmu Pertahanan Unhan itu menyampaikan saat memaparkan hasil risetnya dalam Seminar Internasional bertema Partai Politik dan Demokrasi, Dengan sub tema Peran Partai Politik Dalam Mempromosikan Keadilan dan Perdamaian Dunia (The Political Parties Roles in Promoting The World Peace Justice), di Yogyakarta, seperti dalam keterangan persnya. 

Tim Hukum Ganjar-Mahfud Yakin MK Jadi Juru Selamat Demokrasi

Dia mengaku saat ini adalah kandidat doktor di Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia. Dengan pembimbing Prof. Satya Arinanto dan Dr. Hanief Saha Ghafur. Tema seminar itu sejalan dengan kajian yang ditelitinya.

Dijelaskannya, partai politik harus memahami tujuan bernegara serta saripati dari Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia untuk dunia. Dengan itu, setiap parpol sadar bahwa ia harus menjalankan peran strategisnya dalam perjuangan mewujudkan tatanan dunia baru sebagaimana telah dirintis Bung Karno.

Tidak Ada Tawaran Kursi Duduk di Kabinet ke Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan, Kata Gerindra

“Dalam konteks itu, kepemimpinan stratejik dengan muatan ideologi menentukan peran aktif dalam perjuangan keadilan dan perdamaian dunia,” kata Hasto, Senin 4 Juli 2022.

“Hasil survei kognisi masyarakat menunjukkan bahwa tanpa kepemimpinan, ideologi, kultur dan institusionalisasi, parpol dapat terseret dalam kontestasi yang dapat mengaburkan identitas dan platform partai. Parpol tidak akan sempat memikirkan hal strategis termasuk politik internasionalnya,” jelasnya melanjutkan.

Pengamat militer dan politik Dr. Connie Rahakundini Bakrie, dalam kesempatan yang sama menjelaskan bagaimana pendiri bangsa telah memproyeksikan tujuan bernegara dalam kancah internasional. 

Demokrasi yang diusung Soekarno dan pendiri bangsa pada saat itu, jelas dia, bukanlah copy paste demokrasi ala barat yang cenderung menguntungkan hanya kaum borjuis serta jadi wadah tumbuhnya kapitalisme.

Maka dari itu, Connie sepakat apabila parpol di Indonesia saat ini perlu melihat kembali pemikiran dan strategi para pendiri bangsa itu.

“Diperlukan gerakan negara untuk revisit kekuatan berpikir futuristik Presiden Soekarno menuju To Build The World A New Edisi II,” kata Connie.

Prof. Satya Arinanto, pembicara lainnya menjelaskan sejarah partai politik di Indonesia. Saat Orde Baru terjadi pembatasan partai politik, dan itu dihapus begitu Reformasi masuk.

“Selama era Reformasi, state governance melalui pemberdayaan partai politik menjadi lebih demokratis bila dibanding dengan kondisi selama masa Orde Baru,” kata Satya.

Ketua KPU 2016-2021, Arief Budiman, mengatakan peran partai politik penting dalam melembagakan demokrasi. Terutama dalam tahapan penyelenggaraan pemilu presiden, pileg, pilkada. Terutama peran itu dalam kaderisasi untuk mengisi jabatan politik.

“Pendidikan politik untuk rakyat sangat penting. Sejatinya, politik itu untuk rakyat, bukan untuk politisi. Menjadikan rakyat cerdas untuk memilih menjadi kuncinya,” kata Arief.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya