Sri Lanka Bangkrut, Rizal Ramli Sindir Infrastruktur Ugal-ugalan di RI

Ekonom sekaligus mantan Menko Kemaritiman Rizal Ramli (kanan) saat beri keterangan pers beberapa waktu silam.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

 VIVA Politik - Krisis terjadi di Sri Lanka setelah negara tersebut menyatakan bangkrut lantaran gagal membayar utang luar negeri. Kekacauan politik terjadi yang ditambah mundurnya Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa.

Jokowi Resmikan 147 Bangunan yang Direhabilitasi Pasca Gempa di Sulawesi Barat

Politikus sekaligus ekonom senior Rizal Ramli menganalisa pemicu kebangkrutan di Sri Lanka. Dia mengatakan ekonomi negara di kawasan Asia Selatan itu biasa saja. 

Namun, kata dia, persoalanya ada di pemimpinnya yang jor-joran dan ugal-ugalan membangun proyek infrastruktur yang dibiayai oleh China. 

Jokowi: Jalan Inpres Gorontalo Penting untuk Tingkatkan Konektivitas Daerah

"Misalnya sebagai hadiah untuk Presidennya di kampungnya Rajapaksa, dibikinlah airport gede. Begitu selesai, nggak ada isinya. Ya, jadi ambisi untuk loncat dengan cepat, dengan bangun infrastruktur dibiayai oleh China. Dan, akhirnya tidak mampu bayar, kolaps," kata Rizal dalam Catatan Demokrasi tvOne yang dikutip pada Rabu, 13 Juli 2022.

Menurut dia, pemicu lain karena praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme alias KKN di Sri Lanka juga ugal-ugalan. Pun, untuk sektor pangan sebenarnya Sri Lanka agak lumayan. Tapi, kata dia, belakangan bermasalah.

Empat Alasan Utama Publik Puas dengan Kinerja Jokowi, Menurut Survei Indikator

"Nah, untuk melihat kemungkinan di Indonesia, kecil atau besar, tentu kita harus analisa Indonesia ekonomi hari ini," ujar eks Menteri Koordinator bidang Ekonomi Keuangan dan Industri tersebut.

Ekonom senior Rizal Ramli di acara Catatan Demokrasi tvOne

Photo :
  • Youtube tvOne

Bagi Rizal, RI saat ini beruntung lantaran banyak memiliki komoditi seperti tambang, sawit dan sebagainya. Tapi, ia menyinggung pembangunan infrastruktur pemerintah yang terkesan ugal-ugalan.

"Tetapi, semangat ugal-ugalan di bidang infrastruktur yaitu sama saja. Asal ngebangun tanpa planing yang matang. Tanpa analisa terhadap kemampuan bayar sehingga banyak akhirnya akan jadi masalah," sebut Rizal.

Dia mengingatkan semangat ugal-ugalan dalam membangun infrastruktur itu akan menimbulkan tekanan. Rizal juga menyinggung utang negara RI sudah besar. 

"Memang ada yang bandingkan dengan Amerika, Jepang nggak ada apa-apa. Itu perbandingan super ngawur, karena Amerika satu-satunya negara yang bisa nyetak dolar berapa aja karena dia super power," jelas Rizal.

Tapi, menurutnya jika hegemonis super power AS sudah tidak ada maka nanti dolar akan kolaps. Untuk Jepang, dia menganalisa beda dengan RI. Alasannya Jepang yang sebagian besar utangnya di dalam negeri juga memiliki net export possession yang menghasilkan devisi banyak.

"Kalau kita negatif. Konsekuensinya saja, kita untuk pokok harus membayar pokok Rp400 triliun tahun ini, untuk bunga Rp405 triliun, total Rp805 triliun," lanjut eks Menko Kemaritiman tersebut. 

Rizal menyebut kemampuan RI untuk bayar bunga utang saja mesti pinjam "Untuk bayar bunga saja mesti pinjam. Itu bukan gali lubang tutup lubang tapi gali lubang tutup jurang," tutur Rizal.

Terkait penjelasan Bank Indonesia bahwa utang luar negeri RI aman, Rizal menanggapinya. Bagi dia, hal itu hanya definisi pemerintah. Dia mencontohkan kasus 1997 sebelum krisis ekonomi.

"Di tahun 97, saya dibantah-bantah sama bank Indonesia. Masih ingat kan, mas Hendrawan (Politikus PDIP) sama teman kita Sudrajat? Ternyata rontok, analisa kita yang benar," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya