- ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
VIVA Politik - Temuan survei Center for Political Communication Studies (CPCS) yang melaporkan elektabilitas Partai Nasdem turun gegara umumkan Anies Baswedan sebagai salah satu bakal capres disorot. Hasil survei CPCS jadi pertanyaan.
Pakar politik dari Indonesia Political Review Ujang Komarudin menganalisa dalam politik diduga ada motif survei yang tujuannya untuk mendegradasi figur tertentu. Menurutnya, jika disebutkan elektabilitas Nasdem menurun hanya karena umumkan Anies sebagai bakal capres mestinya ada survei pembanding.
Kata dia, survei pembanding itu bisa dari pihak Nasdem maupun Anies. Sebab, belum tentu benar hasil survei CPCS.
"Bisa jadi karena Anies kuat chemistrinya dengan Nasdem, maka banyak pendengaran yang dilakukan pihak lain untuk mendegradasi Anies-Nasdem. Sehingga survei dipublikasi seolah-olah ketika Nasdem dukung Anies itu elektoralnya turun," kata Ujang saat dihubungi VIVA, Senin malam, 8 Agustus 2022.
Ujang menilai saat ini sejumlah survei merilis risetnya diduga untuk memberikan dukungan terhadap bakal capres tertentu. Maka, menurutnya tak mengherankan misalnya ada lembaga survei A yang meninggikan elektabilitas Prabowo Subianto.
"Lembaga survei B memenangkan Ganjar. Lembaga survei C memenangkan, meninggikan Anies kan begitu. Saat ini kan yang terjadi kan begitu," jelas dosen Universitas Al-Azhar Indonesia tersebut.
Anies Rasional
Menurutnya, untuk survei CPCS, kemungkinan bisa untuk mendegradasi Nasdem dan Anies. Dalam politik, kata dia, bisa dilakukan secara subjektif untuk menggiring opini agar seolah-olah hasil survei benar.
"Apakah dilakukan untuk apa namanya mendegradasi Nasdem dan Anies, bisa saja kan seperti itu? Namanya politik," tuturnya.
Meski demikian, ia menyampaikan jika survei CPCS benar maka Nasdem dan Anies mesti evaluasi untuk menuju 2024. Tapi, ia menganalisa Nasdem dan Anies mungkin juga sudah menganalisa dengan mengukur menggunakan survei internal tapi tak dipublikasikan.
Bagi dia, dukungan Nasdem ke Anies adalah pilihan politik yang rasional. Ia bilang demikian karena Anies lebih pas didukung Nasdem ketimbang Ganjar Pranowo.
Selain Anies, Nasdem mengumumkan nama Ganjar dan Panglima TNI Andika Perkasa sebagai bakal capresnya. Namun, Ganjar adalah kader PDI Perjuangan (PDIP). Sementara, elektabilitas Andika Perkasa dalam survei kecil.
"Ganjar bukan kader. Kalau Anies secara historis ada karena pendiri ormas Nasdem kan begitu. Kalau Ganjar kan milik PDIP. Nasdem tidak akan dapat elektoral," jelas Ujang.
Menurut Ujang, pilihan Nasdem ke Anies yang paling mungkin secara politik.
"Nasdem yang memungkinkan ya Anies. Makanya aneh surveinya disebut kecil ketika Nasdem mendukung Anies. Itu jadi pertanyaan," ujarnya.
"Tapi, apakah itu benar ya belum tentu karena mesti ada survei pembanding katakanlah yang dilakukan Anies dan Nasdem," lanjutnya.
"Saya juga punya lembaga survei. Jadi, paham mengenai itu," tutur Ujang.
Survei CPCS
Hasil survei CPCS menunjukkan elektabilitas Nasdem turun menjadi 2,1 persen karena mengumumkan Anies sebagai bakal capres. Penurunan ini terjadi jika dibandingkan survei CPCS sebelumnya pada April 2022 yaitu Nasdem mencapai 4 persen.
“Keputusan mengusung Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai calon presiden membuat Nasdem ditinggal oleh sebagian pemilih nasionalis,” kata Direktur Eksekutif CPCS Tri Okta di Jakarta, Kamis, 4 Agustus 2022.
Okta menambahkan hingga tiga bulan lalu, Nasdem masih mampu mengamankan posisi dengan elektabilitas di atas ambang batas parlemen sebesar 4 persen.
“Anjloknya dukungan terhadap NasDem berbanding terbalik dengan kenaikan elektabilitas partai-partai nasionalis lainnya,” tutur Okta.
Adapun Survei CPCS dilakukan pada 22-27 Juli 2022 dengan melibatkan responden 1.200 orang, Responden itu mewakili 34 provinsi yang diwawancarai secara tatap muka.
Metode survei CPCS yang digunakan adalah multistage random sampling dengan margin of error sekitar 2,9 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.