Bamsoet Akui Ada yang Salah dalam Sosialisasi Pancasila untuk Milenial

Bambang Soesatyo
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA Politik – Ketua Majelis Permusyarawatan Rakyat Bambang Soesatyo mengaku prihatin dengan hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang menemukan fakta bahwa pengetahuan masyarakat Indonesia, terutama generasi muda, akan Pancasila terkategori sedang atau tidak tinggi.

Samsung Galaxy A34 5G Hadir dengan Sesuatu yang Menarik

Meski demikian, Bamsoet, panggilan akrabnya, menyadari memang ada yang kurang tepat dalam metode sosialisasi Pancasila kepada kalangan muda terutama kalangan milenial dan generasi Z. Sebab, metode sosialisasi itu selama ini tergolong konvensional seperti seminar, lokakarya, diskusi, dan semacamnya.

Sosialisasi Pancasila yang mengikuti perkembangan zaman, seperti halnya pemanfaatan aneka media sosial dan beragam platform digital, terutama yang dilakukan oleh negara, menurutnya, relatif minim.

Ketua MPR Ingatkan Kampanye Hitam Pemilu Bisa Ubah Pesta Jadi Duka dalam Demokrasi

Bambang Soesatyo

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

"Itu yang harus diubah, karena tidak boleh lagi sosialisasi itu satu arah--kita hanya menasihati). Ke depan harus ada interaksi, ada feedback dari anak-anak muda, yang mana kita ingin ideologi Pancasila ini dapat mereka pahami," kata Bamsoet dalam wawancara eksklusif dengan VIVA pada program The Interview di Jakarta, Sabtu, 30 Juli 2022.

Ketua MPR Sebut Artificial Intelligence Tak Hanya Datangkan Manfaat tapi Juga Bisa Malapetaka

Karena alasan itulah, dia menjadi youtuber, berinteraksi dengan kalangan muda melalui Instagram, Facebook, Tiktok, dan lain-lain. Dia juga merekrut sejumlah youtuber dan influencer (orang yang memiliki pengaruh terutama di media sosial) untuk menyosialisasikan Pancasila. "Itu kerena ingin menyelami kehidupan mereka."

Generasi muda sekarang, Bamsoet menilai, lebih dapat menerima teladan dan contoh perilaku yang baik ketimbang menasihati mereka dengan beragam teori dan petuah. Karena itu, para pemimpin masyarakat dan pejabat negara dari presiden hingga kepala desa harus memberi contoh tentang sikap dan perilaku yang sesuai dengan ideologi Pancasila.

Bambang Soesatyo

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

Penting juga untuk disadari bahwa kemajuan teknologi yang sangat pesat membuat nyaris mustahil untuk mencegah atau membendung pengaruh buruk dari luar yang menggerus pemahaman akan nilai-nilai luhur Pancasila, katanya. Melalui internet, segala macam informasi dan nilai-nilai kebudayaan luar masuk bahkan ke ruang-ruang privat anak-anak di kamar mereka.

"Kalau dulu kita masih bisa mencegah dengan mematikan TV, kemudian membakar buku-buku yang menyimpang; sekarang udah enggak bisa lagi," katanya.

Survei SMRC

Hanya 64,6 persen publik yang mengetahui semua sila Pancasila, menurut hasil survei SMRC bertajuk ‘Sikap Publik terhadap Pancasila dalam rangka Konsolidasi Sistem Politik Indonesia’ yang dirilis di Taman Renungan Bung Karno, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur, pada 1 Juni 2022.

Bambang Soesatyo

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

Hasil penelitian yang dipresentasikan pendiri SMRC, Saiful Mujani, itu menunjukkan sebanyak 64,6 persen warga yang bisa menyebutkan dengan benar semua sila dalam Pancasila. Ada 10,2 persen yang benar menyebutkan 4 sila, 5,1 persen tiga sila, 3,9 persen dua dan satu sila, dan masih ada 12,3 persen publik yang tidak bisa menyebutkan dengan benar satu pun sila.

"Secara keseluruhan, ada 95,4 persen warga yang menyatakan tahu Pancasila. Tapi ketika diminta menyebutkan redaksi sila-sila Pancasila, yang bisa menyebut dengan benar antara 72,5 persen - 86,2 persen," kata Saiful.

Sedangkan yang paling banyak disebut dengan benar adalah sila pertama, yakni "Ketuhanan Yang Maha Esa" (86,2 persen), selanjutnya sila Ketiga, "Persatuan Indonesia" (78,3 persen), sila kedua, "Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab" (77,8 persen), sila kelima, "Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia" (76,1 persen), dan yang terakhir sila keempat "Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan" (72,5 persen).

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya