Sindir Elite Golkar, Edy Rahmayadi Ungkit Pernah Kawal Putri Soeharto
- VIVA.co.id/BS Putra
VIVA Politik - Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi menceritakan pengalamannya saat masih jadi prajurit TNI setelah lulus Akademi Militer (Akmil) 1985. Dia mengaku pernah mendapat tugas pengawalan terhadap Siti Hardijanti Hastuti alias mbak Tutut.
Demikian disampaikan Edy saat memberikan sambutan peringatan HUT Demokrat ke-21 dan peresmian Kantor DPD Demokrat Sumut di Medan, Jumat, 9 September 2022. Acara itu juga dihadiri sejumlah kader DPD Golkar Sumut.
Dinamika saat ini, hubungan Edy dengan sejumlah elite DPD Golkar Sumut kurang harmonis. Pemicunya diduga karena kader Golkar kerap mengkritik kebijakan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara di bawah kepemimpinan Edy.
Salah satu yang dikritik terkait pembangunan infrastruktur di Sumut yang menggunakan anggaran multiyears sebesar Rp 2,7 triliun.
Edy dalam kesempatan itu pun mengungkit pengalamannya yang pernah mengawal Mba Tutut pada 1987. Ketika itu, prajurit TNI seperti dirinya mendapat kepercayaan untuk mengawal.
Dia pun menyindir ada kader Golkar saat ini yang mem-bully dirinya.
"Orang yang baru ini (di DPD Golkar Sumut) bully aku. Dia tak tahu dari tahun 1987, saya ngawal Golkar itu, Bu Tutut dan mengawal kader Golkar adalah TNI," kata Edy.
Edy terus menyampaikan sindiran kepada Golkar. Untuk diketahui, Golkar merupakan partai pengusung Edy Rahyamadi dan Musa Rajekshah (ERAMAS) di Pilkada Sumut 2018.
"Sekarang Golkar-Golkar yang baru ini, awak pula yang di-bullynya," tutur eks Pangkostrad itu.
Lebih lanjut, Edy mengatakan sejak jadi prajurit TNI, dirinya dekat sama Golkar. Kata dia, salah satu tugas yang dikenangnya dalam tugas pengawasan terhadap mbak Tutut yang merupakan putri mantan Presiden ke-2, Soeharto. "Ini dia baru jadi Golkar, kemarin (tidak tahu sejarah)," lanjut Edy.
Meski demikian, dia meminta dan mengharapkan semua partai politik dapat berbuat untuk untuk kepentingan rakyat. Bukan untuk kepentingan partai, kelompok atau diri sendiri.
"Pastikan itu. kalian biru, kalian kuning, putih. Bukan untuk kalian, tapi untuk rakyat," kata Edy.