Megawati Sebut Istilah Koalisi Parpol di Indonesia Rancu

Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri menjadi pembicara kunci di Jeju Forum for Peace and Prosperity tahun 2022, di Jeju, Korea Selatan, Kamis, 15 September 2022.
Sumber :
  • ANTARA

VIVA Politik – Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri mengatakan agar istilah “koalisi” partai politik (parpol) tidak dilanjutkan karena mengandung kerancuan.

Jokowi Didampingi 2 Menteri dari PDIP ke BSD, Hadiri Acara Ini

Menurut Ketua Umum PDI Perjuangan itu, sistem politik yang dipakai di Indonesia tidak memungkinkan membuat adanya koalisi parpol, sebagaimana yang telah ia jelaskan berulang kali.

“Indonesia itu tidak memakai sistem koalisi, jadi kalau mau bilang kerja sama boleh,” kata Megawati di Seoul, Korea Selatan, sebagaimana siaran pers yang diterima di Jakarta, Jumat, 16 September 2022.

Sindir PDIP yang Gugat KPU ke PTUN, Nusron: Silakan, Tidak Berdampak Apa-apa

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto saat melakukan pertemuan dengan Ketua DPP PDIP Puan Maharani dan beberapa elite PDIP di kediamannya Hambalang, Bogor, Jawa Barat, Minggu, 4/ September 2022.

Photo :
  • ANTARA

Ia menjelaskan bahwa Indonesia menganut sistem presidensial, sehingga berbeda dengan sejumlah negara di Barat yang memakai sistem parlementer, karena kepala pemerintahannya bukan seorang presiden tetapi perdana menteri.

Respons Santai Jokowi Sudah Tak Dianggap Kader PDIP Lagi: Terima Kasih

“Sistem pemilunya itu. Kenapa saya bisa berkata begitu? Karena saya pernah waktu anggota DPR itu diundang ke Amerika, antara lain untuk melihat cara kerja sistem Amerika melaksanakan cara pemilunya,” ujarnya.

Sebagai mekanisme internal parpol, menurutnya, sah saja apabila ada parpol yang hendak melakukan konvensi untuk mencari calon presidennya. Namun bila disebut koalisi, ujarnya lagi, seharusnya dilakukan benar-benar dari tingkat bawah atau tingkat pengurus parpol terendah di antara partai politik yang berkoalisi.

Prabowo dan Cak Imin tanda tangan sepakat koalisi Gerindra-PKB.

Photo :
  • Twitter Partai Gerindra @Gerindra

“Jadi kerancuan ini, saya bilang, tolong betul, dihentikan dan harus dijelaskan kepada masyarakat dan semua, mereka, yang bekerja politik, bahwa tak ada koalisi. Karena koalisi itu nantinya benar-benar saya bilang, dengan kerja sama itu begini (berbeda),” tuturnya.

Opisisi pada masa SBY

Megawati menyebut kerja sama seperti itu hanya seperti kesepakatan saja atau semacam memorandum of understanding (MoU). Ia kemudian mencontohkan sejumlah pemberitaan televisi yang mengabarkan pertemuan antara Prabowo Subianto dengan Puan Maharani melahirkan tiga kesepakatan.

“Nah, itu kan begitu kan. Maksudnya, pertanyaannya ini dapat diubah atau tidak, yang kerja sama bisa. Tapi kalau yang koalisi, kemungkinannya sulit, karena sudah dari bawah,” kata Megawati.

Megawati Soekarnoputri

Photo :
  • Istimewa

“(dengan sistem koalisi) Jadi, kalau partai A itu di bawah saja sudah kemenangan besar, di sini ada, dan juga kan pemerintahan mereka, itu kan ada yang namanya oposisi," ujarnya menambahkan.

Ia pun menyebut dirinya juga enggan dibilang oposisi ketika masa pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), karena PDI Perjuangan kerap disebut-sebut sebagai oposisi. Yang tepat, katanya, "PDI Perjuangan, tidak ada dalam kabinet".

Megawati berharap media massa dapat membetulkan kesalahpahaman soal istilah koalisi tersebut. “Kalau tidak, itu, menurut saya, tidak mendewasakan kehidupan berbangsa dan bernegara,” katanya. (ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya