Pakar: Anies Dekat dengan Kelompok Islam Kanan atau Kelompok 212

Tabloid berisikan pencitraan Anies Baswedan tersebar di Masjid Kota Malang.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Lucky Aditya

VIVA Politik – Pakar gerakan sosial dan sosiologi politik Universitas Muhammadiyah Malang, Wahyudi Winarjo, menilai ada efek negatif dari penyebaran tabloid Anies Baswedan di masjid. Anies bakal terus dicap sebagai bagian dari kelompok Islam kanan atau puritan, sementara tipologi masyarakat Indonesia dalam menentukan calon presiden cenderung pada sosok yang nasionalis.

Cerita Ridwan Kamil Hampir Lawan Ahok di Pilgub Jakarta 2017, Gagal Karena Sosok Satu Ini

"Anies [Baswedan] itu dekat dengan kelompok Islam kanan atau kelompok 212. Padahal, sebetulnya, siapa saja calon presiden yang diusung atau didukung kelompok 212, malah akan memiliki nilai negatif, karena masyarakat Indonesia trauma ekstrem kanan dan ekstrem kiri," kata Wahyudi, Rabu, 21 September 2022.

Menurut Wakil Direktur II Pascasarjana UMM itu, jika penyebar tabloid di Masjid Al-Amin, Sukun, Kota Malang, saat salat Jumat pada 16 September 2022, itu dilakukan oleh simpatisan, maka akan menghambat laju popularitas Anies dalam merangkul dukungan publik yang memiliki latar belakang dan golongan berbeda.

Ridwan Kamil soal Rencana Bertemu Anies: Jangan Tanya Saya Lagi, Bolanya Ada di Sana

Tabloid yang menulis pencitraan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Photo :
  • Istimewa/Lucky Aditya

"Masyarakat Indonesia lebih nyaman pada ideologi politik tengah, yakni nasionalis atau orang yang bisa merangkul kanan dan kiri. Maka kalau betul itu dilakukan mereka (simpatisan), maka sama saja dengan mengurangi laju popularitas dan akseptabilitas di mata publik. Karena mereka itu pemilih pemilih yang baik," ujar Wahyudi.

Jadi 'Pengangguran', Anies Baswedan Open to Work di LinkedIn, Netizen: Makin Berat Aja Saingannya

Pada Oktober 2022, Anies Baswedan sudah tidak lagi menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta. Tentu, Anies memerlukan panggung politik untuk meningkatkan popularitas dan akseptabilitas jelang pemilu presiden pada 2024.

Wahyudi menengarai, penyebaran tabloid itu memang dilakukan oleh simpatisan Anies yang sudah mulai bergerak dalam kerja-kerja politik. Tetapi, dia mengingatkan, kemenangan politik tidak serta merta diukur berdasarkan moralitas pemilih tapi pada jumlah pemilih sehingga menggunguli yang lain.

Aksi 212

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

Wahyudi menuturkan, sosok Anies dianggap sebagai tokoh Islam modern sekaligus antitesa dari profil Presiden Joko Widodo yang lebih nasionalis. Dalam teori komunikasi politik, masyarakat makin lama akan memercayai informasi yang frekuensinya banyak mengenai sosok Anies.

"Jadi, ibarat batu dijatuhi air, lama-lama akan lubang juga. Jadi lama-lama orang bisa percaya Anies itu orang fundamentalis atau ekstrem kanan. Efek buruknya, dia tetap akan dapat pemilih tapi dari kelompok kanan. Sedangkan, orang Indonesia lebih asyik apa bila presidennya bisa merangkul kanan dan kiri," kata Wahyudi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya