Legislator PKS Kritik Kemendag dan Bulog yang Masih Impor Beras

Menteri Perdagangan RI Zulkifli Hasan meninjau kedatangan beras di Tanjung Priok
Sumber :
  • Dok. Istimewa

VIVA Politik – PKS menyoroti 'ngototnya' pemerintah mengimpor beras, yang sudah direalisasikan sebesar 5.000 ton dari rencana 500 ribu ton, pada Senin lalu. Menurut anggota Komisi VI DPR RI Fraksi PKS Amin AK, jika pengendalian harga beras dilakukan dengan cara impor itu hal mudah dan instan.

Gara-gara Korupsi Beras Miskin, Kantor Desa di Lombok Disegel Warga

Persoalannya, kata Amin, impor beras di tengah produksi petani yang berlebih, itu bukan langkah bijak. Sebab menurut Amin itu akan mengganggu penyerapan beras dari para petani lokal.

"Kebijakan impor beras merupakan pukulan berat bagi petani karena menekan harga beras petani. Pemerintah harus mencari solusi yang lebih baik selain impor," kata Amin, Rabu, 21 Desember 2022.

Program Makan Siang Gratis Prabowo-Gibran Butuh 6,7 Juta Ton Beras per Tahun

Stok beras di Gudang Bulog Semarang.

Photo :
  • Teguh Joko Sutrisno/ tvOne.

Amin menuturkan, pemerintah wajib mencari strategi yang tepat tanpa harus mengorbankan petani dan kepentingan nasional dalam upaya mewujudkan swasembada pangan. Menurut Amin, kebijakan impor hanya menunjukkan ketidakmampuan pemerintah dalam mengelola beras nasional karena saat ini stok beras justru naik.

Neraca Perdagangan RI Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Mendag: Bagian dari Keberhasilan Kemendag

"Ini juga mempermalukan pemerintah sendiri karena beberapa waktu lalu  mengklaim sudah 3 tahun Indonesia tidak mengimpor beras alias sudah tercapai swasembada tapi klaim tersebut tidak sesuai dengan fakta," ujarnya.

Anggota DPR dari Dapil Jatim IV itu pun prihatin dengan kisruh data perberasan nasional yang muncul setiap tahun. Pasalnya, harmonisasi data pangan, informasi pangan serta akuntabilitas neraca komoditas pangan tidak pernah diselesaikan.

Keputusan Kemendag untuk impor beras disebutkan karena cadangan beras pemerintah (CBP) yang dikelola Bulog menipis hingga tersisa 570 ribu ton dari batas minimal yang dianggap aman sebesar 1,2 juta ton.

Impor dilakukan untuk menambah stok CBP

Sementara itu, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun ini terjadi surplus beras sebesar 1,7 juta ton. Produksi beras sepanjang tahun ini mencapai 31,90 juta ton, sedangkan konsumsi nasional 30,20 juta ton. Selain itu, konsumsi beras per kapita trennya juga menurun.

Di sisi lain, data perberasan semestinya semakin bagus dan akurat, pantauan luas tanam dan luas panen pun sudah didukung dengan penggunaan satelit. Artinya, kata Amin, jika alasan impor beras karena kekurangan pasokan, maka kemampuan Bulog mengamankan cadangan beras dengan menyerap produksi petani dipertanyakan.

“Pemerintah seharusnya mencari akar masalah dari merosotnya CBP yang dikelola Bulog. Tren rendahnya serapan Bulog itu sudah terjadi sejak Juli 2022, mengapa tidak diantisipasi pemerintah sejak dini?” kata Amin.

Ilustrasi beras.

Photo :
  • U-Report

Amin menambahkan, kalau dirunut akar masalahnya, tingginya harga pembelian pemerintah (HPP) menjadi penyebab merosotnya daya serap Bulog terhadap gabah petani. Namun tingginya HPP gabah, juga tidak benar-benar dinikmati oleh petani.

Di sisi lain, adanya peningkatan biaya produksi akibat faktor eksternal menyebabkan biaya yang harus dikeluarkan petani semakin tinggi. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) memicu kenaikan biaya bahan baku dan biaya pendukung lainnya, selain faktor depresiasi nilai tukar dan kenaikan harga benih, lahan, dan pupuk.

“Alokasi anggaran untuk ketahanan pangan tahun 2022 ini mencapai Rp94,1 triliun. Masa iya para menteri dan Menko terkait tidak bisa berkoordinasi dan bekerjasama untuk menyelesaikan akar masalah ini,” imbuhnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya