Sistem Pemilu ala Jerman Bisa Jadi Jalan Tengah Proporsional Tertutup atau Terbuka, Kata Pakar Unair

Ilustrasi logo parpol peserta Pemilu 2024.
Sumber :
  • Dok. VIVA

VIVA Politik – Pengamat politik pada Universitas Airlangga Surabaya, Airlangga Pribadi, memaparkan untung dan ruginya penggunaan sistem proporsional tertutup pada pemilihan umum (pemilu) tahun 2024.

"Sisi positifnya, kita melihat selama ini, dengan penyelenggaraan pemilu sistem proporsional terbuka, itu yang terjadi banyak kandidat legislatif yang dengan mudah masuk menjadi caleg (calon anggota badan legislatif) dengan menggunakan transaksi politik, artinya mereka bisa jadi membayar lebih, itu kemudian dengan mudah masuk," kata Airlangga di Surabaya, Jumat, 6 Januari 2022.

Dalam kondisi seperti itu, katanya, yang menjadi pertarungan politik di pemilu lebih menekankan pada kontestasinya di internal partai. Partai politik, alih-alih mengalami penguatan politik, menurutnya, justru terjadi benturan di internal. Banyaknya uang yang menentukan proses politik dan siapa yang terpilih.

Ilustrasi warga mengikuti pemungutan suara ulang pemilihan umum (pemilu) 2019.

Photo :
  • ANTARA FOTO/Irwansyah Putra

"Intinya sistem proporsional tertutup itu ingin membangun kembali kekuatan otoritas politik berbasis partai yang menentukan proses-proses politik yang berlangsung," katanya.

Antara bisnis dan politik

Sedangkan sisi negatifnya, kata Airlangga, seringkali kandidat yang mempunyai suara lebih besar di tingkat basis tidak serta merta terpilih. Sebab, penentuan terjadi pada otoritas politik. Sistem ini mempunyai untung dan ruginya.

Dalam kondisi seperti ini, ketika transaksi uang lebih mengemuka, problem yang dihadapi antara bisnis dan politik. Selanjutnya, pertarungan politik lebih mengedepankan pertarungan individu daripada partai dan kemudian menghasilkan badan legislatif yang komposisinya mereka yang memiliki dana lebih besar daripada lain.

"Di sini proporsional tertutup lebih baik daripada proporsional terbuka," katanya.

Ilustrasi warga memasukkan surat suara ke dalam kotak suara di Pemilu

Photo :
  • ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

Sistem ala Jerman

Selain dua sistem tersebut, Airlangga menyarankan untuk meniru sistem yang dipakai di Jerman. Di Jerman, sistem pemilu dicampur dengan mekanisme warga diberikan dua kartu: satu untuk memilih partai politik, kartu lainnya untuk memilih calon.

"Dengan pertimbangan penghitungan masing-masing mereka yang tidak ditaruh nomor awal tetap bisa jadi asal mempunyai suara besar," ujarnya.

Mekanisme seperti itu, menurutnya, pernah dipakai pada pemilu 2004 dan terbukti suara yang diraih oleh seorang caleg tidak begitu mudah hilang dalam penghitungan.

Gerindra sebut Bakal Ada Banyak Pertemuan Usai Prabowo Jadi Presiden Terpilih

"Saya pikir pilihan-pilihan seperti itu harus juga diperbincangkan untuk mengantisipasi persoalan yang muncul saat diterapkan sistem proporsional tertutup," katanya. (ant)

Momen Prabowo Subianto terima telepon dari Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan

Guru Besar Unibraw: Setelah Prabowo Dilantik sebagai Presiden, Dia Milik Kita Bersama

Guru Besar Unibraw mengatakan setelah Prabowo dilantik sebagai presiden, dia merupakan milik bangsa Indonesia dan mengayomi semua pihak agar tidak lagi terkotak-kotak.

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024