Capres 2024: Ikut Survei atau Maunya Elit Partai?

Survei elektabilitas pemilu (foto ilustrasi)
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

VIVA Politik – Guru Besar Ilmu Ekonomi Politik, Didik J Rachbini, mengatakan bahwa partai yang tidak memperhatikan suara silent majority adalah naif. Sebab inilah yang menjadi penentu apakah itu pileg (pemilu legislatif) maupun pilpres (pemilu presiden).

Jubir Anies Sebut Pembubaran Timnas Amin Tak Jadi Digelar Hari Ini, Lalu Kapan?

Jelas Didik, silent majority bisa diketahui melalui metode riset polling. Walau tidak 100 persen karena ada margin error nya, tetapi motede akademik ini sudah digunakan puluhan tahul oleh peneliti.

Lebih lanjut Didik menjelaskan, kalau riset ilmiah dan akademik ini sudah menjadi pengetahuan umum. Sehingga riset yang benar dan jujur sudah pasti bisa mengetahui persepsi, pandangan dan silent majority  partai apa dan siapa pemimpin yang diminati.

Isu Partai Rival Gabung Dukung Prabowo, Sangap Surbakti Khawatir Bisa Jadi Duri dalam Daging

"Jika ada partai dan pimpinan partai menafikan realitas hasil-hasil survei akademik ini, saya sebagai peneliti tidak bisa nenyebutnya sebagai apa ...., yang halus tidak akademik, tidak memahami ilmu," kata Didik kepada VIVA, Jumat 13 Januari 2023.

Rektor Paramadina ini melanjutkan, sebuah riset akademik hasilnya pasti akan berbicara jujur. Kecuali memang ada yang melakukan manipulatif.

PKB Loyo Mau Gulirkan Hak Angket: Prabowo Sudah Keliling Partai

"Yang lembaga dan pelakunya dipakai untuk mengelabui publik. Lembaga riset seperti ini tidak akan berumur panjang," lanjutnya.

Diakuinya, banyak pimpinan partai yang tidak percaya terhadap riset akademik survei. Diantara alasannya adalah lembaga yang tidak kredibel sebab metodenya tidak dijalankan dengan benar. Apalagi dipakai untuk kepentingan politik sehingga mengabaikan metode ilmiahnya.

"Partai yang tidak berbasis riset akademik dan mengambil keputusan seenak selera pimpinannya, maka keputusan yang diambilnya bias dan bahkan sesat. Konflik realitas kehendak publik yang luas dengan keinginan dari partai dan pimpinan akan membuat partai kehilangan kesempatan untuk mendapatkan aspirasi terbesar dari publik," jelasnya. 

Hingga sekarang, berbagai survei yang dilakukan banyak lembaga, jelas Didik, menghasilkan tiga nama yang paling terpopuler untuk Capres 2024. Yakni Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. 

"Tiga nama ini merupakan aspirasi yang tersaring dari riset-riset akademik tersebut. Riset-riset manipulatif sudah sulit untuk menafikkan realitas dari hasil survei dan banyak lembaga," katanya.

Didik yakin, ke depannya nanti akan semakin banyak survei seperti ini. Sehingga suara publik yang ditangkap melalui survei itu, membuat peranan partai untuk memutuskan siapa yang diusung, juga semakin kecil.

"Karena aspirasi publik mayoritas akan lebih didengar. Seperti di negara demokrasi yang memilih langsung pemimpinnya, maka aspirasi mayoritas rakyat akan menjadi penentunya," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya