Punya Peluang Menang Besar, Prabowo Disarankan Jadi Cawapres Ganjar

Prabowo Subianto saat HUT Partai Gerindra ke-15
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA Politik - Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto diprediksi akan bersedia jadi calon wakil presiden atau cawapres di Pilpres 2024. Prabowo dinilai tak akan keberatan karena peluang menang dengan jadi cawapres justru lebih besar.

Verrell Bramasta Berharap Prabowo-Gibran Lebih Fokus Pada Kemajuan Anak Muda

Demikian disammpaikan relawan Ganjar Pranowo yang juga pengamat media sosial Mazdjo Pray. Menurutnya, ada beberapa alasan Prabowo tak akan keberatan jadi cawapres 2024 mendampingi Ganjar Pranowo. 

Namun, ia tak menampik tak mudah menduetkan Ganjar dengan Prabowo. Sebab, kedua politikus itu masing-masing terikat pada kultur politik partai masing-masing.

Ganjar soal Prabowo Bakal Rangkul Lawan Politik: Saya Lebih Baik di Luar Pemerintahan 

Mazdjo menjelaskan alasan pertama Prabowo jauh lebih cocok jadi cawapres ketimbang capres, yaitu merujuk hasil survei Litbang Kompas terbaru.

"Lihat saja, hasil survei kredibel dari Litbang Kompas kemarin, menyatakan kalau Ganjar memang sangat powerfull, digdaya, kuat, dan bertengger di posisi teratas. Mengalahkan baik Prabowo apalagi Anies. Head to head," kata Mazdjo, dalam keterangannya, Selasa, 28 Februari 2023.

Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, Perindo Sampaikan 4 Sikap

Dia mengatakan jika merujuk hasil survei Litbang Kompas, maka Pilpres 2024 hanya ada dua capres yang bisa head to head. Dua capres yakni Ganjar melawan Prabowo atau Anies Baswedan. "Tetap Ganjar yang menang. Dan, angkanya cukup tinggi," lanjut Mazdjo.

Mazdjo mengatakan saat ini, Ganjar belum dicapreskan PDI Perjuangan (PDIP). Figur Gubernur Jawa Tengah itu juga belum kampanye serta mesin partai belum dihidupkan.

Menurutnya, Ganjar yang sendirian saja bisa mengalahkan Anies dan Prabowo. Maka, Ganjar akan lebih kuat lagi jika dipasangkan dengan Prabowo sebagai cawapres.

"Tawaran manis buat Prabowo adalah, lebih baik nyapres tapi kemungkinan kalah sangat besar atau wapres ikut Ganjar, tapi bisa jadi satu putaran menang?," tutur Mazdjo.

Kemudian, dia menyebut alasan lainnya Prabowo sudah 3 kali mengalami kekalahan capres maupun cawapres. Kata dia, tentu untuk 2024, Prabowo tidak mau main-main, apalagi sampai kalah lagi.

"Tiga kali kalah adalah sebuah pengalaman maha pahit. Tiga kali kalah yaitu wapres pada 2009, capres pada 2014, capres pada 2019, adalah tempaan politik yang luar biasa," jelasnya.

Lalu, faktor usia Prabowo yang sudah masuk 74 Tahun sehingga bukan usia muda lagi. Dia tak menampik ada beberapa kepala negara di dunia yang usianya di kisaran 80 tahun. Tapi untuk Indonesia, itu usia yang hanya cocok buat wakil presiden.

"Karena, untuk meneruskan agenda Pak Jokowi, yaitu pada tahun 2045 yang tinggal 20 tahun lagi Indonesia harus sejajar dengan negara maju, maka diperlukan kegesitan seorang pemimpin nasional yang luar biasa," katanya.

Menurutnya, Indonesia perlu pemimpin yang punya tenaga karena mobilitas pasti tinggi. Apalagi, wilayah Indonsia luas dengan negara kepulauan.

Pun, dia mengatakan, jika terpilih bersama Ganjar di 2024, Prabowo nanti bisa lanjut menangani kerja-kerja yang tak memerlukan mobilitas tinggi. Dia mencontohkan  seperti mengurusi pertahanan atau agenda lain sesuai kebutuhan dan kemampuan Prabowo. 

"Ya, ini adalah laksana pasangan Jokowi - Kyai Ma'ruf jilid dua. Yang muda gesit meneruskan apa yang sudah baik dimasa saat ini. Yang senior mendampingi memastikan tidak ada agenda konstitusi yang terlewat," ujarnya.

Presiden Jokowi (paling kanan) dan Menhan Prabowo Subianto.

Photo :
  • Istimewa

Lebih lanjut, dia menyampaikan melihat profil pemilih pemilu di Indonesia pada 2024, diperkirakan sekitar 100 juta lebih pemilih adalah usia muda. Dia menyebut jarak usia pemilih dengan capres atau gap usia mayoritas pemilih dengan capresnya diyakini tak bisa terlalu jauh.

"Jarak usia Prabowo dengan pemilih nyaris 45 tahun, ini ada gap generasi terlalu jauh. Sehingga publik meyakini, ini bukan situasi yang ideal bagi Pak Prabowo. Tapi ketika itu adalah jabatan wakil presiden, tidak ada persoalan yang signifikan soal jarak usia pemilih," sebut Mazdjo.

Dia juga meyakini 2024 adalah karier terakhir Prabowo dalam kancah pilpres. Menurut dia, tak mungkin Prabowo ingin menutup karier politiknya dalam drama kekalahan yang keempat.

"Lain cerita kalau misalnya Prabowo dengan luas hati lebih memilih mendampingi seorang Ganjar Pranowo, untuk bergotong-royong mengalahkan lawannya pada 2024 nanti," ujar Mazdjo.

"Satu putaran tanpa tawar menawar, satu putaran tanpa banyak drama. Satu putaran untuk menghemat uang negara, Indonesia akan memiliki pasangan terbaik untuk meneruskan kerja keras Pak Jokowi, lima tahun kedepan," katanya.

Adapun Ganjar dan Prabowo merupakan figur yang digadang-gadang bakal nyapres 2024. Merujuk hasil lembaga survei, Ganjar dan Prabowo masuk bursa capres dengan elektabilitas teratas.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya