Dua Orang Penentu Akhir Koalisi Pilpres 2024: Megawati dan Jokowi

Presiden Jokowi dan Megawati di Istana, Jakarta.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Anwar Sadat

VIVA Politik – Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, disebut-sebut menjadi penentu pembentukan koalisi final untuk Pemilihan Presiden atau Pilpres 2024.

Hal itu dikatakan oleh Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari, saat merilis hasil survei terbaru yang bertajuk 'Pemilu 2024: Konstelasi, Variabel, Penentu, dan Pemenangnya'. Survei dilakukan mulai periode 12-24 Februari di 33 provinsi. 

Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari dalam Pemaparan Hasil Survei

Photo :
  • VIVA/ Yeni Lestari

Sejauh ini sudah ada 3 koalisi yang terbentuk. Yakni Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) terdiri dari Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Kedua, Koalisi Perubahan yang terdiri dari Partai Nasdem, Partai Demokrat dan PKS. Koalisi ketiganya belum dideklarasikan, meskipun mereka sepakat mengusung Anies Baswedan sebagai capres.

Lalu, Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) gabungan Partai Golkar, PAN dan PPP yang belum mendeklarasikan capres. 

Sedangkan PDIP, walau sudah memperoleh tiket untuk mengusung langsung karena suaranya di atas ambang batas, tetapi belum memutuskan siapa capres yang diusung. 

Qodari menilai, seluruh partai politik tengah menunggu suara dari Megawati dan Joko Widodo, sebelum memutuskan deklarasi calon presiden. 

"Dua penentu koalisi final, Megawati dan Joko Widodo. Semua politisi pada hari ini itu lagi nunggu Bu Mega, 'Bu siapa sih calonnya'. Silakan dibantah, tapi semua politisi, semua partai politik, semua tokoh politik pada hari ini nungguin seorang Ibu Megawati Soekarnoputri," kata Qodari dalam konferensi pers di Hotel Harris, Jakarta Selatan, Selasa, 21 Maret 2023.

"Kenapa? Kalau Bu Mega belum mengambil keputusan, ini susunan permainan bisa berubah," sambungnya. 

Qodari mencontohkan, KIB yang sampai saat ini belum menetapkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai capres. Kata dia, jika deklarasi itu dilakukan tanpa persetujuan Megawati selaku Ketum PDIP akan menimbulkan kemarahan.

"Begitu KIB Mengajukan calon Ganjar Pranowo, tanpa persetujuan, tanpa dukungan Bu Mega dan Ganjar mengamini, setuju. Bu Mega akan marah dan mengajukan calon yang lain, katakanlah Puan Maharani," tuturnya.

"Begitu Puan maju, Ganjar maju, dua-duanya lewat putaran pertama karena berebut basis suara yang sama," imbuh Qodari. 

Lalu kenapa Joko Widodo juga menjadi penentu? Menurut dia, hal ini dikarenakan sebagian ketua umum partai berada dalam kabinet yang tengah melanjutkan program kerja Jokowi

"Tentunya, preferensi Pak Jokowi menjadi pertimbangan para ketua partai dalam pertimbangannya menentukan capres mereka. Entah disadari atau enggak disadari, mau enggak mau, itu jadi pertimbangannya," jelasnya.

JK Ogah Komentari Wacana Anies Maju Pilgub Jakarta
Pertemuan Prabowo Subianto dengan Surya Paloh Nasdem

Prabowo Makin 'Gemoy' Kuasai Parlemen Jika PKB dan Nasdem Gabung Koalisi

Presiden terpilih Prabowo Subianto disebut bakal mendapatkan keuntungan besar apabila merangkul PKB dan Nasdem masuk ke koalisi pemerintahan.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024