Gus Yahya: Pemilu 2024 Hanya Prosedur dan Bukan Jihad Fi Sabilillah Hidup atau Mati

Ketua Umum NU Yahya Cholil Staquf saat memberikan keterangan pers usai bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat, 9 Juni 2023.
Sumber :
  • ANTARA/Rangga Pandu Asmara Jingga

Jakarta – Ketua Umum Nahdlatul Ulama (NU) Yahya Cholil Staquf menegaskan bahwa Pemilu 2024 merupakan agenda politik yang sekadar prosedur untuk ditaati dan bukan jihad fi sabilillah.

Ekonom Senior Ingatkan Presiden Terpilih soal Perang Iran-Israel Bisa Bikin Ekonomi RI Berantakan

Dengan demikian, pria yang akrab disapa Gus Yahya itu mengimbau agar seluruh rakyat Indonesia tidak perlu meneruskan antagonisme di antara pendukung calon presiden yang berbeda.

"Kita tidak perlu meneruskan antagonisme di antara pendukung yang berbeda-beda. Jadi, [pemilu] ini cuma prosedur, bukan jihad fi sabililah (berarti berperang di jalan Allah), bukan perang badar, bukan soal hidup [atau] mati; ini cuma soal prosedur untuk menentukan pejabat pemerintah, dalam hal ini adalah presiden dan juga legislatif," kata Gus Yahya kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat, 9 Juni 2023.

Klaim Tangkis 99 Persen Serangan Rudal dan Drone Iran, Pakar Militer Sebut Israel Halu

Penghitungan

Photo :
  • 602361

Dia juga menekankan bahwa NU bukanlah partai politik, sehingga posisinya sebagai organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam tidak memberikan dukungan terhadap calon presiden mana pun.

Fadli Zon Sebut Perang Iran-Israel Berpotensi Meluas dan Picu Perang Dunia III

Oleh karena itu, NU tetap menjaga netralitas dan ketentraman masyarakat agar tetap harmonis dan tidak terjadi permusuhan antarkelompok karena agenda politik lima tahunan tersebut. Dia pun mengimbau agar masyarakat mendukung Pemilu 2024 sebagai prosedur untuk menentukan pemerintahan dan wakil rakyat Indonesia.

"Saya ingin sampaikan kepada masyarakat bahwa pemilu ini cuma prosedur yang harus dilewati secara rutin untuk menentukan pemerintahan. Kalau sudah selesai prosedur ini, ya, siapa pun yang terpilih, siapa pun yang menjadi pemerintah, ya, itu adalah pemerintah dari seluruh rakyat Indonesia," katanya.

Gus Yahya sebelumnya menegaskan siapa pun yang ikut berpolitik, termasuk warga NU, tidak boleh menggunakan nama NU sebagai modal mengeruk suara.

Petugas

Photo :
  • 601131

NU akan selalu mengupayakan politik bermoral dan tidak mengandalkan politik identitas yang hanya menyandarkan penggalangan dukungan berdasarkan identitas tertentu. (ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya