Gus Yahya Tegaskan NU Tak Ajukan dan Dukung Capres tapi Persilakan jika Ada Partai Minati Kadernya

Ketum PBNU Gus Yahya Cholil Staquf
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

Jakarta – Ketua Umum Nahdlatul Ulama (NU) Yahya Cholil Staquf menegaskan independensi dan netralitas NU dalam pemilu tidak pernah berubah sejak pembentukan organisasi kemasyarakatan (ormas) itu di tahun 1926.

PDIP Blacklist Bobby Nasution di Pilkada Sumatera Utara

"Ya, NU sebagai institusi masih di posisi itu (sesuai Khitah 1926), karena ini keputusan resmi Muktamar yang tidak pernah dianulir, tidak boleh sebagai institusi [memihak]," kata Yahya Cholil Staquf usai bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat, 9 Juni 2023.

Pria yang akrab disapa Gus Yahya itu menyampaikan, pada prinsipnya NU merestui segala hal yang bertujuan untuk kemaslahatan bangsa, termasuk soal pemilu.

Apple Kirim Peringatan ke 92 Negara

Ilustrasi

Photo :
  • 439381

Yahya juga menekankan bahwa NU bukan partai politik, sehingga tidak dalam posisi untuk mengajukan bakal calon untuk pemilu. Namun, lanjutnya, NU mempersilakan apabila ada partai politik yang ingin mengusung kader NU sebagai calon dalam Pemilu 2024.

Bunyi Ceramah Khatib di Bantul yang Viral soal Pemilu Curang Picu Jemaah Salat Id Bubar

Mengenai dukungan terhadap kader NU yang diusung partai politik, Yahya menegaskan pihaknya tidak dalam posisi untuk memberikan dukungan politik kepada pihak-pihak tertentu.

"Ya, dukungannya dukungan apa? Wong NU ini bukan parpol. Saya berapa kali sampai teriak-teriak tentang ini. NU bukan parpol, NU tidak dalam posisi untuk memberikan dukungan politik," tegasnya.

Menurut dia, satu-satunya hal yang dilakukan NU terkait pemilu saat ini adalah berusaha sekuat tenaga untuk ikut menjaga masyarakat tetap tentram dan harmonis selama tahapan pesta demokrasi berlangsung.

Ilustrasi

Photo :
  • 1456424

"Satu-satunya yang akan dilakukan NU adalah berusaha sekuat tenaga ikut menjaga supaya masyarakat tetap tentram, tetap harmonis, tidak terjadi antagonisme, tidak terjadi permusuhan antarkelompok gara-gara agenda politik," katanya.

NU akan terus menyampaikan pemahaman kepada masyarakat bahwa pemilu hanya sebuah prosedur rutin untuk menentukan kepemimpinan ke depan.

"Kalau sudah selesai prosedur ini, ya siapa pun yang terpilih, siapa pun yang menjadi pemerintah, ya, itu adalah pemerintah dari seluruh rakyat Indonesia, harus di dukung, harus ditaati. Kami tidak perlu meneruskan antagonisme di antara pendukung yang berbeda-beda," katanya.

Dia mengatakan pemilu bukanlah sebuah ajang jihad fisabilillah atau perang badar mengenai hidup dan mati.

"(Pemilu) Ini cuma soal prosedur untuk menentukan pejabat pemerintah, dalam hal ini adalah presiden dan juga legislatif. Saya kira itu saja," ujar Gus Yahya. (ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya