- Antara/ Ismar Patrizki
VIVAnews - Aktivis Indonesia Corruption Watch (ICW), Tama Satrya Langkun dibacok empat orang tak dikenal. Dia harus mendapat 29 jahitan. ICW menduga kasus ini terkait dengan pekerjaan, terutama kasus korupsi.
"Saudara Tama saat ini sedang menangani kasus rekening Pati Polri. Kami menduga ini ada kaitannya dengan laporan kami," kata Danang di RS Asri, Jakarta, Kamis 8 Juli 201. Polisi memang menyelidiki kasus ini. Mudah-mudahan gerombolan pengecut itu segera dibekuk.
Benar atau tidak terkait dengan pekerjaannya itu,peristiwa Tama ini membuat anggota Dewan Perwakilan Rakyat merasa cemas. "Jangan-jangan nanti anggota Dewan yang selama ini bicara masalah itu juga terkena," kata Nasir Djamil, anggota Komisi Hukum DPR kepadaVIVAnews, Kamis 8 Juli 2010.
Agar tidak timbul saling duga dan rasa ketakutan di kalangan pengungkap kasus korupsi, Nasir mendesak polisi sesegera mungkin mengusut dan mengungkap kasus penganiayaan ini. Polisi sebaiknya tidak sekedar membantah, tapi juga membuktikannya dengan cara menangkap para pelaku. "Ini penting agar polisi tidak disudutkan begitu saja oleh publik," katanya.
Nasir juga mendesak Mabes Polri untuk melindungi para pelapor kasus dugaan rekening jumbo milik sejumlah perwira polisi itu. Siapapun pelapornya merupakan bagian dari masyarakat.
Nasir sendiri amat yakin bahwa ada pihak-pihak yang ingin menyudutkan Polri. Kasus ini pun terjadi hanya dua hari setelah kantor Majalah Tempo diserang bom molotov. Tempo sebelumnya menurunkan berita tentang dugaan rekening bermasalah milik petinggi Polri.
"Ada pihak yang ingin memperuncing. Bila tidak diungkap, ini akan jadi fitnah dan sangat mempengaruhi reputasi Polri," kata dia.
Polri meminta masyarakat jangan buru-buru memojokkan institusi Polri. Mabes Polri meyakini ada pihak-pihak tertentu yang memancing di air keruh.
"Yang pasti, polisi tidak mungkin begitu. Kami akan selesaikan semua secara hukum," kata Kepala Bidang Penerangan Umum Markas Besar Polri, Komisaris Besar Polisi Marwoto Soeto.