Cerita Ridwan Kamil Hampir Lawan Ahok di Pilgub Jakarta 2017, Gagal Karena Sosok Satu Ini

Cagub Jakarta nomor urut 1 Ridwan Kamil alias RK.
Sumber :
  • Istimewa

Jakarta, VIVA – Calon gubernur di Pilgub Jakarta nomor urut 1, Ridwan Kamil, bercerita dirinya pernah mendapatkan tawaran untuk maju dalam kontestasi Pilkada Jakarta pada 2016. Saat itu, RK masih menjabat sebagai Wali Kota Bandung.

Bawaslu Pastikan Fasilitas Pemerintah Boleh Dipakai untuk Kampanye Pilkada 2024

Hal itu diungkap RK saat mengunjungi Kantor Praeses Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Distrik VIII Jakarta, Jumat, 11 Oktober 2024.

"Nah, pada 2016, saat saya masih Wali Kota Bandung, ada tawaran kepada saya suruh nyalon Gubernur DKI, waktu itu lawan Pak Ahok," kata RK.

Bobby Nasution Sindir Sulit Koordinasi Atasi Banjir di Medan, Edy Rahmayadi: Buruh Saja Gampang

Saat itu Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama alias BTP, adalah calon patahana. Dimana Ahok menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta setelah Jokowi terpilih sebagai Presiden RI di Pilpres 2014. 

"Dipanggil saya, Pak, sore hari, 'Kang Emil, anda Wali Kota Bandung, surveinya lumayan, partai siap, logistik siap, tolong nyalon di Jakarta'. Itu jam 4 sore," sambungnya.

Muhammadiyah: Sebelum Menikahi Khadijah, Nabi Muhammad SAW Bukan Pengangguran

Saat itu, RK mengatakan dirinya hanya diberikan waktu untuk menjawab tawaran sebagai calon Gubernur Jakarta sampai pukul 8 malam. Pria yang kini juga menjadi politisi Partai Golkar itu mengaku antusias dengan tawaran tersebut.

"Saya telepon semua sahabat, penasehat politik, semua mendukung, pak. Saya telepon ibu saya, mengabarkan berita. Apa kata ibu saya? 'Tidak boleh!'. Hah, memang iya, Mama? 'Ya, gimana, ini Mama tidak mau punya anak yang tidak selesai dalam tugas. Kamu kan belum beres jadi Wali Kota Bandung, kamu harus tuntas. Kamu sudah bersumpah 5 tahun, bereskan. Mama nggak izinkan, Mama nggak ridho'. Itu, Pak, semua mendukung, 99 persen orang, tapi ibu saya tidak," jelas dia.

Usai tak mendapatkan restu, RK memutuskan menolak tawaran sebagai calon gubernur Jakarta itu. Ia tidak ingin melanggar perintah ibundanya. Saat itu akhirnya yang bertarung adalah Ahok dengan Anies Baswedan.

"Daripada kualat, akhirnya saya ambil keputusan dengan berat hati, Pak. Saya lapor ke partai, mohon izin, 'Terima kasih atas tawarannya, tapi saya tidak bisa, saya akan lanjutkan dulu kepemimpinan di Bandung'. Waktu saya telepon ibu saya, ibu saya bilang gitu, sampai diakhiri dengan kalimat, 'Nanti urusan di Jakarta akan datang sendiri pada waktu yang tepat'. Itu 2016," tutur RK.

Eks gubernur Jawa Barat itu kemudian melanjutkan, setelah dirinya memutuskan menolak barulah partai-partai mencari sosok lain. Saat itu, terpilihlah Anies Baswedan maju menjadi calon gubernur. Anies berpasangan dengan Sandiaga Uno saat itu.

"Saya tolak, Bu, sudah. Seminggu setelah saya menolak, barulah partai-partai itu mencari Pak Anies. Jadi, takdirnya Pak Anies Baswedan jadi gubernur itu ada rangkaian takdir-takdir orang lain yang menyertai, tidak semata-mata seperti yang kita baca. Karena salah satunya, saya tidak jadi," pungkas dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya