Kenapa Kritik 'SBY Bohong' Punya Bobot Tinggi

Mantan Ketua Umum Muhammadiyah, Syafi'i Ma'arif
Sumber :
  • Antara/ Udin

VIVAnews - Tepat satu minggu setelah tokoh-tokoh lintas agama menyampaikan kritik kepada pemerintah, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengundang para agamawan ke Istana. Langkah pemerintah itu sudah tepat?

"Kalau dilihat dari respons SBY yang sangat cepat bahkan terkesan sangat reaktif, itu menunjukkan betapa kritik dari tokoh agamawan menyangkut 18 kebohongan itu mendapatkan perhatian yang sangat serius," kata peneliti senior Lembaga Survei Indonesia (LSI) Burhanuddin Muhtadi, kepada VIVAnews.com Senin, 17 Januari 2011.

Kendati demikian, menurut Burhanuddin langkah SBY itu sah-sah saja. Mungkin itu salah satu cara untuk menunjukkan kepada publik bahwa kritik masyarakat ditanggapi Istana. Meski demikian, menurut dia, ada hal lain yang lebih penting dari sekadar pertemuan atau dialog.

"Yang paling penting adalah follow up atau tindak lanjut dari hasil pertemuan itu apa. Pertemuan seperti ini sudah sering terjadi, tapi mana hasilnya?" Burhan mempertanyakan.

Burhanuddin mengakui, bobot kritik dari para tokoh agama kemarin memang cukup tinggi sehingga membuat SBY langsung merespons. Ada dua faktor yang membuat kritik itu punya bobot tinggi.

Pertama, sumber kritik adalah para tokoh agama. Menurut Burhanuddin, di mata publik, para tokoh agama itu merupakan simbol panutan di masyarakat. "Karena moralitas dan ketokohannya yang tinggi soal integritas," ujar dia.

Kedua, soal materi kebohongan. Ketika para tokoh agama menyebut kata 'bohong', itu ibarat menyuarakan kebenaran publik. "Itu langsung menyerang integritas SBY dan pemerintah," kata pengamat politik lulusan Australian Natinal University (ANU) ini.

Seperti diketahui, Senin, 10 Januari pekan lalu, sejumlah tokoh lintas agama mengritik kinerja roda pemerintah pimpinan Presiden SBY. Tokoh-tokoh lintas agama merasa wajib memberikan peringatan yang keras.

"Semua tokoh agama sudah turun gunung, kalau ini tidak diperhatikan, siapa kami ini sebenarnya?" kata mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Syafii Maarif dalam pernyataan terbuka tokoh lintas agama di kantor PP Muhammadiyah.

Menurut Buya, sapaan Syafii, saat ini 'monster' kerapuhan sedang menyerang bangsa Indonesia. Kerapuhan moral, politik, ekonomi; semua bidang rapuh. "Tapi, ada orang yang tidak merasa, yang tidak mau melihat kerapuhan itu," imbuhnya. (kd)

Media Asing Gak Yakin Timnas Indonesia Rebut Tiket Olimpiade Paris 2024: Mereka Tak Diunggulkan
Sidang Putusan Sidang Perselisihan Hasil Pemilu 2024 di MK, Anies-Muhaimin

Terbuka untuk Bertemu, Anies Sebut Prabowo Bukan Musuh tapi Lawan

Anies Baswedan mengatakan ada peluang Prabowo Subianto mengundang dirinya untuk melakukan pertemuan usai putusan MK karena sebetulnya hanya lawan dalam pemilu.

img_title
VIVA.co.id
23 April 2024