Wikileaks: SBY Mata-matai Wiranto

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Wiranto.
Sumber :
  • VivaNews/ Nurcholis Anhari Lubis

VIVAnews - Salah satu yang disinggung dalam laporan Harian The Age, Australia, adalah Susilo Bambang Yudhoyono meminta Badan Intelijen Negara memata-matai Wiranto. Menurut laporan, berdasarkan bocoran kawat diplomatik yang didapat Wikileaks itu, saat itu SBY masih Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan.

"Dia memerintahkan badan intelijen memberi laporan mengenai mantan Panglima ABRI dan calon Presiden dari Partai Golkar, Wiranto," tulis Philip Dorling dari The Age itu. Berita ini juga muncul di Sydney Morning Herald dan Asiasentinel.com.

Wiranto sendiri, menurut laporan itu, mengetahui dia di bawah pemantauan BIN. Wiranto mengeluhkan itu, namun Penasihat Presiden TB Silalahi menyatakan tak benar ada pemantauan itu.

RJ Soehandojo, orang dekat Wiranto, saat dihubungi VIVAnews, menyatakan menjelang Pemilihan Presiden 2004 lalu, Wiranto memang merasa dipantau. "Misalnya handphone (telepon seluler) disadap," kata Soehandojo. "Namun kami tidak tahu perintah pemantauan itu dari siapa," kata Juru Bicara Partai Hati Nurani Rakyat itu.

Kemudian, gerak-gerik Wiranto juga selalu dipantau. Namun Wiranto, karena berpengalaman di militer, telah menyiapkan antisipasi. "Kami selalu membuat perkiraan keadaan sebelum melakukan sesuatu," kata Soehandojo yang pernah menjadi Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung itu.

4 Tim Lolos 8 Besar Piala Asia U-23, Indonesia Siap Nyusul?

Soal penggunaan mata-mata ini, Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono menegaskan tidak melibatkan TNI. Kalau ada yang mengaitkan aksi tersebut dengan TNI, Agus mengatakan, informasi itu tidak benar.

"Intelijen TNI hanya digunakan untuk operasi militer, tidak untuk urusan politik," kata Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono saat menerima Brevet Komando Kehormatan Kopassus di Mabes Kopassus Cijantung, Jakarta Timur, Jum'at 11 Maret 2011.

Istana sendiri membantah keras informasi yang diungkap WikiLeaks. Juru Bicara Kepresidenan Julian Pasha menegaskan, berita itu tidak akurat. "Sangat disesalkan sampai surat kabar seperti The Age dan Sydney Morning Herald menulis sesuatu tanpa melakukan cross check, verifikasi," dia menegaskan.

Bikin Silau, Harga Emas Antam Kembali Tembus Rekor Tertinggi

Julian juga menyoroti bahwa nama-nama yang disebutkan dalam pemberitaan tersebut tidak diberi ruang untuk menjelaskan. Apalagi, kata Julian, dua koran tersebut merujuk semata pada WikiLeaks. "Patut disesali, karena kita tahu krediblitasnya sangat tidak bisa dipegang."

Kalaupun benar data-data tersebut bersumber dari kawat diplomatik yang yang sifatnya rahasia, Julian melanjutkan, isinya jauh dari kebenaran dan ketidakakuratan. "Semua yang membaca berita itu pasti kaget, karena ini sungguh kontroversial. Tapi seiring waktu, akan terbukti yang disebutkan itu tak lebih dari berita sampah," kata Julian.

Senada dengan Julian, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto juga membantah keras pemberitaan dua koran Australia itu.

"Tuduhan terhadap Presiden SBY dan Ibu Ani melakukan tindakan korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, mempengaruhi proses pengadilan adalah tidak benar," kata Djoko dalam pesan singkat kepada VIVAnews, Jumat, 11 Maret 2011.

Djoko melanjutkan, pemerintah akan mengambil sejumlah langkah diplomatik untuk memprotes hal ini. Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa akan segera memanggil Duta Besar Amerika Serikat untuk diminta segera memberi penjelasan dan klarifikasi kepada publik. (umi)

Persebaya Bertekad Bangkit Lawan Persib
Pengendara Motor Tabrak BMW Seri 5

Tidak Fokus Berkendara, Pengendara Motor Tabrak BMW Seri 5

Baru-baru ini, beredar video viral menunjukkan peristiwa kecelakaan pengendara motor menabrak mobil BMW Seri 5 yang sedang ingin menyeberang dari sisi kanan jalan ke arah

img_title
VIVA.co.id
20 April 2024