- ANTARA/Rosa Panggabean
VIVAnews - Salah satu deklarator Partai Keadilan (PK), embrio Partai Keadilan Sejahtera (PKS), membombardir para petinggi partai itu dengan sejumlah isu: poligami, penerimaan dana asing, dan korupsi.
Sejumlah kalangan menilai ini menunjukkan perpecahan di kalangan internal PKS. Namun, mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Tifatul Sembiring membantah ada pembagian kubu. "Tidak kubu si A, kubu si B, baru perbedaan pendapat," kata Tifatul, di Kantor Presiden, Kamis 24 Maret 2011
Tifatul menambahkan, PKS itu partai kader, yang membedakan PKS dengan partai lainnya. Soal tudingan Yusuf Supendi, Tifatul mengatakan, "Pak Yusuf Supendi ini dia dikenai hukuman oleh PKS, dan dia menggugat balik," kata dia
Soal poligami, Tifatul enggan menanggapi panjang lebar."Itu fitnah. Kita dengar saja apa yang mau dikatakan Pak Yusuf, soal korupsi, soal NII. PKS soal ikhwanul muslimin di Mesir, itu kan ungkapan beliau," kata dia
Hanya saja, kata dia, jangan hanya main tuduh begitu saja."Tanpa fakta. Kalau semua orang bisa menuduh tanpa fakta mau diapakan negeri ini," kata dia
Bantahan senada juga dilontarkan mantan Presiden PKS yang lain, Hidayat Nur Wahid.
"Tidak ada faksi-faksi dalam PKS. Tidak ada yang disebut faksi tua faksi muda. Tidak ada," kata Hidayat di Gedung DPR, Selasa 22 Maret 2011.
Seperti diketahui, isu terjadi kubu-kubuan itu mengemuka sejak transformasi Partai Keadilan menjadi PKS pada 2004 lalu. Bahkan, pada pemilu 2009 lalu sejumlah elit partai itu menggalang gerakan mengkritisi DPP PKS dan menamakan gerakan mereka Forum Kader Peduli (FKP). "Itu juga tidak benar, karena pada hakekatnya saya adalah deklarator PK. Orang-orang awal dan deklarator yang mendeklarasikan, di situ ada pak Yusuf Supendi dan 50 lainnya," katanya.
Menurut Hidayat, PK dan PKS tidak ada perbedaan. "Secara prinsip tidak ada perbedaan mendasar antara PK dan PKS. Bahwa PKS kemudian semakin berkembang ya itulah hasil perjuangan yang telah dilakukan oleh kawan-kawan," katanya. (sj)