Pengamat: Nasdem Makan Ceruk Golkar

Deklarasi Nasional Demokrat
Sumber :
  • Antara/ Yudhi Mahatma

VIVAnews - Pengamat politik Burhanuddin Muhtadi menilai kemunculan Partai Nasdem lebih mengancam Partai Golkar, daripada partai-partai lain. Menurut peneliti senior Lembaga Survei Indonesia itu, setidaknya Nasdem akan mengambil 20 persen pemilih Golkar.

"Ini karena sebagian besar eksponen Nasdem berasal dari Golkar," kata Burhan saat diwawancara VIVAnews, Rabu 27 April 2011.

Memang, kata Burhan, LSI belum pernah melakukan survei tersendiri mengenai Nasdem yang awalnya dibentuk sebagai organisasi massa oleh Surya Paloh, Sultan Hamengku Buwono X dan sejumlah tokoh lainnya yang kebanyakan juga dari Golkar. Namun, "Seorang tokoh Golkar pernah bicara pada saya, minimal 20 persen suara Golkar bisa keambil oleh Nasdem," ujar Burhan.

Karena hanya bisa sekitar 20 persen itu, Burhan meragukan performa Nasdem dalam Pemilu 2014 nanti. Magnet elektoral nasional Nasdem dinilainya tidak cukup mumpuni untuk menggeret suara seperti terjadi pada Partai Demokrat dengan Susilo Bambang Yudhoyono-nya.

"Kalau tidak punya magnet elektoral nasional yang kuat, Nasdem harus melakukan strategi lokal," kata Burhan yang juga mengajar di Universitas Paramadina dan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah itu.

Strategi lokal yang dimaksud adalah, dari sekarang, Nasdem melakukan pembibitan calon-calon legislator sebagai magnet elektoral di tingkat lokal. "Kemungkinan ini ada, karena banyak tokoh-tokoh yang relatif senior di Nasdem," ujar Burhan. "Nasdem harus memodali mereka dari sekarang sampai 2014 nanti."

Sementara jargon 'restorasi' yang diusung Nasdem, menurut Burhan, tidak akan banyak berperan. "Terlalu indah untuk terjadi. Untuk konteks Indonesia, perlu lebih dari sekadar jargon," katanya.

Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie, sendiri sudah mewaspadai keberadaan Partai Nasdem ini, meski dia menyatakan tak perlu cemas. Justru munculnya partai baru dan para tokohnya yang notabene pernah jadi kader Golkar adalah bukti keberhasilan partai beringin mencetak kader.

Namun, kader harus memilih, tetap di Golkar atau menyeberang. "Kebanyakan pemimpin parpol di Indonesia itu kader Golkar. Kalau mereka mendirikan partai sendiri, tidak bisa dua kaki. Jadi harus diputuskan mulai sekarang," katanya.

Ketua Dewan Pertimbangan DPP Partai Golkar, Akbar Tandjung, juga tidak gentar dengan munculnya partai-partai baru jelang pemilu 2014. "Golkar sudah berpengalaman, dan ujung-ujungnya mereka akhirnya kembali merapat ke Partai Golkar. Kami lihat, apakah partai baru itu mendapat dukungan dari masyarakat. Sebab untuk bisa eksis minimal harus bisa lolos Parliamentary Threshold (PT) dan Electoral Threshold (ET)," kata Akbar di Surabaya.

BNI Bakal Terbitkan Global Bond US$500 Juta, Jadi Incaran Investor Asing
Pj Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono

Heru Budi Didesak Segera Bangun Proyek Pengelolaan Sampah Sunter yang Mangkrak 5 Tahun

Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono diduga mengabaikan Peraturan Presiden tentang pengelolaan sampah menjadi listrik. Heru dinilai membiarkan fasilitas p

img_title
VIVA.co.id
28 Maret 2024