- VIVAnews/Suryanta Bakti
VIVAnews - Sejak sekitar pukul 06.00 WIB, Rabu 20 Juli 2011, kediaman Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum di Jalan Teluk Semangka Kompleks TNI Angkatan Laut, Duren Sawit, Jakarta Timur sudah ditunggu sejumlah media.
Anas, yang biasa royal bicara memberikan komentar, memang berubah saat kasus mantan Bendahara Umum Demokrat Muhammad Nazaruddin, mencuat.
Rumah Anas terletak di dua jalan, Teluk Semangka dan Teluk Langsa. Rumah yang saat ini didiami berada di Jalan Teluk Semangka. Sedangkan satu rumah lainnya berada tepat di seberangnya, Jalan Teluk Langsa.
Dua rumah milik Anas hanya dipisah jalan kompleks. Rumah kedua inilah yang saat ini sedang direnovasi dan diberi pagar seng berwarna hijau setinggi sekitar 2-3 meter.
Di rumah kedua ini terdapat bangunan besar bergaya Joglo dan satu bangunan rumah bertingkat dua. Beberapa pekerja terlihat sedang bekerja. Ada yang memasang batu bata, ada pula yang memasang kusen dan atap.
Wartawan dari tiga media menunggu di sebuah pintu pagar yang terbuat dari papan kayu. Para jurnalis memiliki tujuan yang sama: meminta konfirmasi Anas Urbaningrum atas serangan baru Nazaruddin semalam. Nazaruddin menuduh Anas dari A sampai Z. Dari mulai dana pemenangan ketua umum sampai proyek-proyek terkait.
Di rumah Anas, belum terlihat sang majikan. Kendaraan yang biasa dipakai, masih terparkir. Wartawan mencoba menghubungi Anas lewat pesan BlackBerry Messenger, pesan singkat (SMS), dan mencoba lewat sambungan telepon. Semua nihil.
Menjelang siang, sejumlah wartawan mencoba mencari tahu kegiatan di balik pagar kayu. Kamera-kamera video diangkat hingga melebihi tinggi pagar kayu. Kamera setinggi atas pagar, layar LCD ditarik. Berhasil.
Tak berapa lama istri Anas, Athiyyah Laila, terlihat melintas persis di depan kamera yang melongok dari atas pagar. Athiyyah yang mengenakan jilbab dan busana bermotif warna cokelat itu terekam kamera. Tiba-tiba gambar di layar LCD berubah. Kini yang terlihat bukan suasana rumah Anas, melainkan gambar depan koran Jurnal Nasional. Rupanya, penjaga rumah Anas menutupi kamera dengan koran.
Tidak kehabisan akal, pengambil gambar mencoba merekam kegiatan rumah Anas dari celah-celah papan kayu pagar yang tidak rapat. Sedikit berhasil. Tapi tak berapa lama, celah-celah kayu itu ditutup dengan lakban cokelat oleh penjaga rumah Anas.
Upaya mengonfirmasi serangan Nazaruddin semakin sulit. Anas belum juga merespons. Tiba-tiba sekitar pukul 13.00 WIB, pria bersafari biru tua keluar dari balik pagar kayu. "Mas, silakan masuk lewat pintu depan," kata dia. Akhirnya, Anas mempersilakan wartawan masuk. Pintu itu rupanya bukan pintu depan.
Anas yang mengenakan baju putih menerima wawancara di teras rumahnya yang asri. Pembawaanya tetap tenang. Sesekali senyum tersungging dari pria asal Blitar, Jawa Timur itu. Saat itu Anas membantah keras semua tuduhan Nazaruddin.
"Kesimpulannya, ini peristiwa politik. Ini adalah serangan politik, pembunuhan karakter. Tapi saya tidak khawatir, saya tidak gentar, saya tidak pernah takut. Karena yang bisa membunuh itu, yang punya hak itu, Tuhan," ujar Anas. (umi)