Reshuffle Katbinet

Ruhut: Harga Cabe Naik Saja, Yang Dikejar SBY

Ruhut Sitompul
Sumber :
  • VIVAnews/Adri Irianto

VIVAnews - Lingkaran Survei Indonesia (LSI) pimpinan Denny JA menyebut kepuasan publik terhadap kabinet SBY-Boediono mengalami kemerosotan.

Menanggapi hasil survei ini, Ketua Departemen Komunikasi dan Informatika Partai Demokrat Ruhut Sitompul mengaku tidak heran.

Menurutnya, sebelum LSI mengeluarkan hasil surveinya, Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) sudah terlebih dulu menilai kinerja menteri di kabinet SBY-Boediono.

"Tim KP4 itu juga sudah mengatakan demikian, 50 persen lebih pembantu Pak SBY rapornya merah," ujar Ruhut saat dihubungi, Jakarta, Senin 19 September 2011.

Dalam survei terbaru yang dilaksanakan pada 5-10 September 2011, LSI menemukan hanya 37,7 persen publik yang puas atas kinerja kabinet SBY jilid kedua itu.

Untuk kembali menaikkan popularitasnya, LSI menyimpulkan, resuffle merupakan sebuah keharusan.

Senada dengan LSI, Ruhut juga menilai, resuffle merupakan salah satu solusi terbaik saat ini yang perlu diambil oleh Presiden SBY untuk kembali meningkatkan kepercayaan publik.

"Resuffle salah satu solusi. Tapi saya kembalikan. Itu hak prerogatif dia," katanya.

Dia mengkritisi para menteri-menteri di kabinet SBY-Boediono. Menurutnya, kinerja para menteri lambat. Tidak seiring dengan yang dilakukan presiden.

"Jangan harga cabe naik yang dikejar SBY, semua harga naik yang dikejar SBY. Hei para pembantu Pak SBY, tolonglah bantu bapak. Kalau Pak SBY lari 100 km/jam, kalian larilah 120 km/jam," tuturnya.

Corn Imports Down to 450 Thousand Tons

Merosotnya kepercayaan publik terhadap kinerja kabinet SBY jilid kedua itu setidaknya disebabkan oleh lima hal. Apa saja lima penyebabnya?

Pertama, heboh kasus korupsi di dua kementerian, Menpora dan Menakertrans. "SBY mendengungkan ingin memimpin sendiri perang terhadap korupsi. Pernyataan SBY berbuah pahit, ternyata korupsi terjadi di dalam rumahnya sendiri," kata peneliti LSI, Adjie Alfaraby.

Kedua, kebijakan menteri yang dirasakan negatif dan dihebohkan oleh publik. "Ada empat kasus, kebijakan yang dipandang buruk dan kurang populis. Pertama, soal tabung gas, di bawah koordinasi Menteri ESDM, Darwin Zahedy Saleh. Kedua, soal TKW, di bawah menteri Muhaimin Iskandar. Tiga, soal remisi koruptor, Menteri Hukum dan HAM, Patrialis Akbar dan empat soal toleransi beragama, Menteri Agama, Suryadharma Ali," jelasnya.

Ketiga adalah citra cacat moral menteri --selingkuh--. Adjie menuturkan, meskipun lebih kepada persoalan pribadi, namun hal itu tetap menjadi penilaian publik.

Keempat, publik tidak puas di bidang yang menjadi tanggung jawab menteri. Indikator pertumbuhan ekonomi makro dirasa tidak sesuai dengan realita masyarakat di bawah. Dua kementerian berhubungan dengan hal ini, yaitu Menteri Pertanian Suswono. Kedua, Menteri Perumahan Suharso Manoarfa.

"Pemilih umumnya mengeluhkan kondisi ekonomi mereka. Dua isu paling mencolok adalah masalah harga sembako dan perumahan."

Kelima, adalah masalah kesehatan menteri. Dalam hal ini, Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih, dan Menteri BUMN, Mustafa Abubakar masuk kategori.

"Lima penyebab ini berkontribusi terhadap merosotnya kepuasan publik atas kementerian SBY. Urutan kelimanya dibuat berdasarkan tingkat kerusakan yang dihasilkan. Urutan pertama, kasus korupsi di kementerian menempati ranking yang paling merusak citra kementerian," ujar Adjie.

VIVA Militer: Pasukan Angkatan Bersenjata Amerika Serikat di Irak

Pasukan AS di Irak dan Suriah Kena Bombardir Roket Selama 24 Jam

Pasukan Amerika Serikat (AS) di Irak dan Suriah menghadapi dua serangan roket dan ledakan drone dalam waktu kurang dari 24 jam.

img_title
VIVA.co.id
23 April 2024