- VIVAnews
VIVAnews - Sebanyak 75,2 persen publik kecewa terhadap kiprah politisi muda yang diharapkan mereformasi kondisi politik yang dikondisikan para seniornya. Demikian salah satu hasil survei nasional Lingkaran Survei Indonesia yang dilakukan selama September 2011dengan jumlah responden 1.200 dari 33 Propinsi di Indonesia.
"Hanya 24,8 persen responden yang percaya bahwa politisi muda yang berkiprah saat ini berperilaku baik," ujar peneliti LSI Adjie Alfaraby dalam jumpa pers di Jakarta, 30 Oktober 2011.
Menurut Adji, yang dimaksud politisi muda di sini adalah politisi yang berusia dua puluh sampai empat puluhan. "Politisi yang berusia di atas 50 tahun tak masuk dalam kategori politisi muda," ujar Adji.
Menurut Adji, publik saat ini khawatir dengan kiprah politisi muda saat ini, dan dianggap tidak lebih baik dari seniornya bahkan banyak yang beranggapan politisi muda berpotensi lebih buruk dari pada seniornya. "Hanya 15,4 persen yang anggap politisi muda lebih baik dari pada seniornya, sementara 23,8 persen anggap politisi senior lebih baik. Sementara 37,6 persen politisi muda dan tua sama saja dan hanya mereproduksi keburukan seniornya," ujar Adji.
Adji menganggap penilaian buruk publik terhadap politisi muda dikarenakan hingga saat ini politisi muda belum mampu menunjukkan prestasinya. "Politisi muda belum tunjukkan kualitasnya, karena itu dinilai sama saja bahkan lebih buruk dari politisi senior yang memang sudah terlihat kinerja baik dan buruknya," ujar Adji.
Ia menuturkan awalnya politisi muda merupakan harapan publik menjadi agent of change, namun seiring dengan banyaknya kasus korupsi yang melilit para politisi muda, harapan masyarakat berubah menjadi suatu kekecewaan. "Publik harap politisi muda jadi harapan, namun banyaknya mengecewakan," ujar Adji.
Survei ini digelar pada 5 sampai 10 September 2011, dengan metode sampling multistage random. Wawancara dilakukan dengan tatap muka dengan kuesioner, dengan margin of error ± 2,9 persen. (sj)