LSI: Demokrat Anjlok Akibat 'Pandawa Lima'

Anas Urbaningrum (kanan) dan Muhammad Nazaruddin
Sumber :
  • Flickr

VIVAnews - Lima orang elit partai Demokrat dituding menjadi penyebab turunnya perolehan suara Demokrat hingga urutan ketiga setelah Partai Golkar dan PDI Perjuangan.

Hal tersebut disampaikan Peneliti Senior Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Barkah Patimahu, dalam konferensi pers hasil temuan dan analisis survei nasional di kantornya, Jakarta, Minggu, 5 Februari 2012.

Dua Anak-anak Sempat Terjebak di Dalam Toko Bingkai yang Kebakaran

Barkah mengungkapkan, kelima orang itu adalah Nazaruddin, Anas Urbaningrum, Angelina Sondakh, Andi Malarangeng dan Mirwan Amir. "Kami sebut Pandawa Lima, yaitu lima geng yang disinyalir menurunkan suara Demokrat dari waktu ke waktu," kata dia.

Sebutan Pandawa Lima, menurut Barkah, hanya istilah yang digunakannya dari tokoh pewayangan. Sayangnya, kata Barkah, perilaku kelima elit Demokrat ini justru berkebalikan dengan tokoh pandawa lima dalam pewayangan. "Publik memberikan penilaian negatif kepada Demokrat karena memang menilai elit partai terlibat," ujarnya.

Berdasarkan survei LSI, 52,1 persen publik menganggap Nazaruddin menerima uang dalam kasus skandal Wisma Atlet. Begitu pula Anas Urbaningrum (39,4 persen), Andi Malarangeng (31,9 persen), Angelina Sondakh (37,2 persen) dan Mirwan Amir (28,3 persen) yang semuanya dituding ikut terlibat.

Saat ini, lanjut Barkah, dua dari pandawa lima telah ditetapkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai tersangka yaitu Nazaruddin dan Angelina Sondakh. Sementara tiga lainnya tinggal menunggu waktu saja.

Selain kelima orang ini, Barkah mengungkapkan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga turut andil menurunkan elektabilitas Demokrat. Kinerja pemerintahan SBY yang menurun telah membuat elektabilitas partai ikut tergerus.

Berdasarkan survei LSI, pada Januari 2011, publik yang menilai kinerja pemerintahan SBY baik sebanyak 56,7 persen sedangkan pada survei kali ini turun hanya menjadi 48,3 persen.

"Rapor merah terhadap SBY juga memberikan efek pada pamor demokrat. Jika pamor SBY naik maka Demokrat juga naik, sebaliknya jika SBY turun maka Demokrat juga akan turun," kata dia.

Tak hanya itu, hasil focus group discussion (FGD) di tujuh ibukota terbesar provinsi di Indonesia, yaitu di Sumatera Utara, Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan, mengungkapkan 70 persen publik menilai kasus Wisma Atlet sebagai penyumbang rusaknya pamor Demokrat.

"Sedangkan 30 persen akibat pamor SBY yang turun sebagai dampak kinerja pemerintahan," ujarnya menambahkan.

Dari gambaran itu, SBY kala itu diharapkan bisa menjadi 'Gatot Kaca' yang dapat menaikkan Demokrat ke posisi bertahta. Namun, lima Pandawa yang telah merusak pamor Demokrat akan memaksa Demokrat turun peringkat.

Dirreskrimum Polda Metro Jaya Kombes Pol Wira

Polisi Sebut Wanita yang Ditemukan Tewas di Dermaga Pulau Pari Kerja Open BO

Tiga orang yang diduga membunuh R (35), wanita yang ditemukan tewas dengan wajah hancur di Dermaga Ujung Pulau Pari, Kepulauan Seribu Selatan ditangkap. R diketahui warga

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024