AM Fatwa: Saya Pernah Dizalimi, Sekarang Gantian Anas

AM Fatwa (kiri) bersama Anas Urbaningrum
Sumber :
  • Dok. M. Yahya Rasyid
VIVAnews
Terkuak 5 Kejadian yang Terjadi di Dunia Dikaitkan Ketakutan soal Kiamat
- Mantan Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Andi Mapatehang Fatwa atau lebih dikenal dengan AM Fatwa, menyebut Anas Urbaningrum telah dizalimi. Menurutnya, Anas dilengserkan dari posisinya sebagai Ketua Umum Partai Demokrat melalui kasus hukum.

Geger Penemuan Fosil Ular Lebihi Ukuran T-rex, Begini Bentuknya

"Kan, nyatanya begitu. Itu tak usah diterangkan. Seorang ketua umum partai penguasa tergulingkan," kata Fatwa menjawab pertanyaan wartawan seusai menemui Anas di rumah mantan Ketua Fraksi Demokrat DPR itu di kawasan Duren Sawit, Jakarta, Rabu siang, 27 Februari 2013.
Jadwal SIM Keliling Jakarta, Bogor, Bekasi, Bandung Kamis 25 April 2024


Fatwa menjelaskan pertemuan dengan Anas tak membahas seputar politik maupun proses hukum. Mereka hanya berbincang tentang pengalaman hidup, dan Fatwa berbagi pengalamannya yang pernah di penjara di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang di masa Orde Baru hingga menjadi pimpinan DPR.


Fatwa mengaku memahami psikologis Anas sebagai orang yang terzalimi. Sebab, ia pun pernah dizalimi oleh penguasa Orde Baru hingga mendekam di penjara.


"Saya pernah mengalami di zaman Orde Baru sekian lama. Tampaknya sekarang ini gantian (dialami Anas). Orang yang dizalimi itu doanya makbul," kata anggota Dewan Perwakilan Daerah dari provinsi DKI Jakarta itu.


Fatwa dalam kesempatan itu memberikan buku biografinya yang berjudul Dari Cipinang ke Senayan kepada Anas. Sebaliknya, Anas memberikan buku berjudul "Anas Apa Adanya: Catatan Harian tentang Anas Urbaningrum" kepada Fatwa.


Ia bahkan mengusulkan kepada Anas untuk menerbitkan serial buku dengan judul Anas Ada Apanya. Buku tersebut akan berkisah tentang semua hal yang diketahui Anas seputar kasus-kasus hukum, skandal politik, dan lain-lain.


Dituturkan Yahya Rasyid, kader Himpunan Mahasiswa Islam yang turut mendampingi AM Fatwa, Anas belum mengiyakan maupun menolak usul itu. Tapi, katanya, buku itu dapat menjadi buku tandingan atas buku tentang M. Nazaruddin yang berjudul 'Jangan Saya Direkayasa Politik dan Dianiaya'. (umi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya