Deretan Manuver Anas Setelah Berhenti dari Demokrat

Anas Urbaningrum Mundur Dari Ketua Umum Partai Demokrat
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin

VIVAnews – “Dalam kehidupan, Anda dibunuh sekali, mati. Tapi dalam politik, Anda dibunuh beberapa kali, akan bisa bangkit kembali.” Itulah perkataan mendiang Perdana Menteri Inggris Winston Churchill yang sempat dipesankan Akbar Tandjung kepada Anas Urbaningrum ketika mengunjunginya.

Tampaknya Anas paham betul hal itu. Sejak menjadi tersangka KPK dalam kasus dugaan gratifikasi Hambalang, Anas melakukan sejumlah manuver politik. Semakin hari, manuvernya pun semakin tajam. Sejumlah pihak menyebut Anas melakukan perlawanan terhadap SBY. Berikut deretan manuver sang mantan Ketua Umum Partai Demokrat:

•    Menyatakan berhenti dari Ketua Umum Partai Demokrat sekaligus “mengancam” akan mengungkap hal-hal lain yang selama ini “tersembunyi.”

Brigjen Nurul Bicara Strategi STIK Lemdiklat Cetak Pemimpin Polri yang Mumpuni

Tak seperti umumnya kader lain yang mengundurkan diri apabila tersangkut kasus korupsi, Anas menyatakan "berhenti." Pilihan kata "berhenti" yang dipilih Anas dalam konferensi persnya ini oleh banyak pihak dimaknai sebagai tantangan secara tak langsung kepada elit Partai Demokrat. Anas pun terang-terangan tak mengirim surat pengunduran diri kepada Dewan Pimpinan Pusat maupun Majelis Tinggi Partai Demokrat.

Dalam pidato ketika ia mengumumkan berhenti dari Ketua Umum Demokrat sehari setelah ditetapkan KPK menjadi tersangka, Anas juga mengatakan status hukum barunya sebagai tersangka itu bukan akhir dari segalanya.

Operasi Perdamaian Dunia, Mabes TNI Akan Kirim 1025 Prajurit Pilihan ke Kongo

“Ini baru permulaan. Ini baru sebuah awal dari langkah-langkah besar. Ini baru halaman pertama. Masih banyak hal lainnya yang akan kita buka bersama untuk kebaikan bersama. Saya berkomitmen dan berikhtiar untuk memberikan sesuatu yang berharga bagi masa depan demokrasi kita. Ini bukan tutup buku, tapi pembukaan halaman pertama. Saya yakin halaman berikutnya akan bermakna bagi kepentingan kita bersama,” kata Anas, Sabtu 23 Februari 2013.

•    Berencana mengungkap skandal Century

Kasus Bank Century DPR yang merugikan negara senilai Rp6,7 triliun bagai duri dalam daging bagi Partai Demokrat. Kasus ini sampai saat ini belum juga tuntas, dan sejak tahun lalu ramai beredar spekulasi aliran dana Century itu turut mengalir ke kas Demokrat untuk biaya kampanye Pemilu 2009. Meskipun Demokrat bahkan Susilo Bambang Yudhoyono telah membantahnya, namun isu ini tak pernah benar-benar lenyap.

Kini, isu itu kembali diungkit Anas melalui sahabatnya, Yuddy Chrisnandi yang sesama Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI). Lewat mulut Yuddy, Anas menyatakan hendak membongkar skandal Century. “Soal Century itu termasuk dalam ‘halaman berikutnya’ yang dimaksud Anas. Anas akan jadi pionir yang membongkar skandal Century,” kata Yuddy usai mengunjungi Anas.

Bersamaan dengan kunjungan Yuddy ke Anas, di rumah Anas ketika itu tampak pula Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso yang juga Ketua Tim Pengawas Century DPR, serta politisi PKS Misbakhun yang juga merupakan inisiator hak angket Bank Century. Namun Priyo mengatakan tak ada agenda pembahasan soal Century dalam perbincangan dengan Anas.

Apapun, niat Anas membongkar skandal Century itu langsung disambut Tim Pengawas Century DPR. Timwas Century telah membentuk tim kecil beranggotakan 9 orang untuk mengunjungi langsung Anas di kediamannya. Tim kecil ini bertugas untuk menggali informasi. Apabila nantinya Anas ternyata memiliki informasi bagus, ia akan segera dipanggi ke DPR.

Timwas menduga Anas mengetahui soal aliran dana Century yang berafiliasi ke kelompok tertentu. “Anas punya kunci untuk membuka simpul dan hipotesis soal aliran dana Century ke kelompok,” kata anggota Timwas dari Fraksi PDIP, Hendrawan Supratikno.

•    Bersedia buka suara soal Ibas dan Hambalang

Dalam wawancara khusus dengan RCTI, Anas mengatakan pernah ikut dalam pertemuan antara Muhammad Nazaruddin dan Amir Syamsuddin. Ketika itu, menurut Anas, Amir meminta penjelasan dari Nazar mengenai aliran dana Hambalang. Namun dalam wawancara itu Anas tidak menjawab secara gamblang ketika ditanya apakah Ibas Yudhoyono juga ikut menerima aliran dana Hambalang.

Menurut Anas, Amir lebih pantas menjelaskan soal itu karena posisi Anas hanya sebagai pendengar selama dialog antara Amir dan Nazaruddin berlangsung. Apabila Amir tak mau menjelaskan, barulah Anas bersedia menjawabnya.

Kesediaan Anas buka suara itu kembali ia ulang dalam wawancara dengan TV One. “Yang memeriksa Nazaruddin itu Pak Amir sebagai Sekretaris Dewan Kehormatan waktu itu. Jadi soal Pak Amir mau bicara atau tidak, terserah. Tapi kalau saya dibutuhkan sebagai “pemain cadangan” (untuk buka suara), bolehlah,” kata Anas.

Ibas sendiri meminta Anas untuk tak banyak bicara. “Saya respek kepada Mas Anas dan berharap beliau dapat fokus terhadap status hukum yang sedang dijalaninya, dan tidak beropini di depan publik. Saya yakin 1.000 persen kalau saya tidak menerima dana dari kasus yang disebut-sebut selama ini,” kata Sekjen Demokrat itu.

Itu hanyalah sebagian dari manuver-manuver Anas. Sikap Anas yang mulai buka suara sampai memunculkan isu ia hendak diamankan dengan ditangkap KPK. KPK diisukan hendak menangkap Anas tadi malam, Rabu 27 Februari 2013, malam yang sama ketika Anas diwawancara oleh sejumlah televisi secara bergantian.

Namun hal itu langsung dibantah oleh KPK. “Itu tidak benar. Kami imbau kepada pihak-pihak yang menyebarkan isu menyesatkan, tolong dihentikan. Mari kita fokus pada pemberantasan korupsi,” kata Juru Bicara KPK, Johan Budi SP. (eh)

Eks Ketua Umum PB HMI, Raihan Ariatama

Hormati Putusan MK, Eks Ketum PB HMI: Saatnya Bekerja untuk Indonesia Maju

Eks Ketua Umum PB HMI Raihan Ariatama turut menyoroti putusan MK yang menolak seluruh permohonan perkara PHPU dari Anies-Muhaimin, dan Ganjar-Mahfud MD.

img_title
VIVA.co.id
23 April 2024