Kaleidoskop 2013: Kala Badai Mengguncang Elite Parpol

Rapimnas Partai Demokrat
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar
VIVAnews – Banyak yang menerpa partai politik di tahun 2013. Tahun ini disebut juga sebagai tahun politik karena berbagai politisi dan partai politik secara institusi mulai bermanuver menjelang perhelatan akbar pemilihan umum. 
4 Pria Terkapar Babak Belur di Depan Polres Jakpus, 14 Anggota TNI Diperiksa

Pemilihan umum digelar dua kali, yaitu untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Pemilu berikutnya untuk memilih calon presiden dan wakil presiden yang akan menjabat untuk periode 2014-2019.
Kemenhub Pastikan Mudik 2024 Lancar, Intip Daerah Tujuan Terbanyak hingga Angkutan Terfavorit

Kemelut mengguncang sejumlah partai baik karena pengurusnya tersangkut kasus korupsi yang diproses Komisi Pemberantasan Korupsi ataupun karena ada persaingan internal. 
5 Minuman Alami Bantu Atasi Radang Tenggorokan Selama Puasa

Berikut ini rangkuman VIVAnews tentang beberapa peristiwa yang menarik perhatian publik sepanjang tahun 2013.

Badai ”Sapi” di PKS
Luthfi Hasan Ishaaq yang kala itu menjabat sebagai Presiden Partai Keadilan Sejahtera disangka korupsi oleh KPK menyusul tertangkapnya Ahmad Fathanah yang disebut-sebut sebagai perantara Luthfi dalam transaksi suap penentuan kuota impor daging sapi di Kementerian Pertanian. Begitu ditetapkan sebagai tersangka, KPK langsung menahan Luthfi.

Kondisi itu menggoncangkan armada partai berbasis massa muslim perkotaan itu. PKS merespons cepat badai yang tengah mengempasnya. Mereka segera berkonsolidasi setelah Luthfi mengundurkan diri sebagai presiden partai. 

PKS kemudian menunjuk presiden baru. Dialah Muhammad Anis Matta. Pria kelahiran Bone, Sulawesi Selatan, 7 Desember 1968, itu terpilih sebagai presiden PKS kelima setelah Al Muzzamil Yusuf, Hidayat Nurwahid, Tifatul Sembiring, dan Luthfi Hasan Ishaaq.

Anis menuding apa yang menimpa Luthfi merupakan konspirasi besar untuk menghancurkan PKS. Persekongkolan ini, menurut dia, bukan menyasar orang per orang tetapi justru eksistensi PKS.

“Menurut saya peristiwa besar ini akan menjadi hentakan sejarah yang membangunkan macan tidur PKS. Saya yakin Allah mengirim isyarat besar kepada kita semua bahwa ini momentum perbaikan dan kebangkitan kita.”

Anis menegaskan, partainya tetap berkomitmen pada agenda pemberantasan korupsi. Namun, dia mengecam penggunaan otoritas pemberantasan korupsi yang bias dan terkesan tebang pilih. “Kita tidak ingin melawan agenda pemberantasan korupsi. Sama sekali tidak. Itu agenda kita semua, agenda nasional,” ujarnya, berapi-api.

Untuk membalik krisis ini menjadi momentum kebangkitan partai, Anis sudah menyiapkan agenda khusus: menggelar pertobatan nasional bagi seluruh pengurus dan kader. 

Anas Terhempas dari Demokrat
Tak berselang lama dari kehebohan yang timbul akibat Luthfi Hasan ditangkap KPK, kehebohan datang dari Partai Demokrat. Bulan Februari, Anas Urbaningrum menyatakan berhenti dari Ketua Umum Demokrat setelah Komisi Pemberantasan Korupsi menetapkan status hukumnya sebagai tersangka kasus Hambalang. 

Status tersangka itu bagai meruntuhkan karir politik yang selama ini dibangun Anas dari bawah. Karir Anas di Demokrat memang melejit. Bergabung berkat ajakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Anas langsung menjabat Ketua Bidang Politik. Tahun 2010, ia terpilih sebagai Ketua Umum Demokrat dalam Kongres Demokrat mengalahkan rivalnya, Andi Mallarangeng dan Marzuki Alie.

Anas pun mundur dari DPR untuk berkonsentrasi mengurus partai. Sayangnya, sejak terpilih menjadi Ketua Umum Demokrat itu, jalan politik Anas tak pernah mulus. Berulang kali posisinya digoyang. Paling tidak Anas mengalami percobaan kudeta politik sampai tiga kali. Namun upaya-upaya itu selalu kandas.

Anas memang didukung kuat oleh struktur dan kader Demokrat di akar rumput. Jaringan Anas di Demokrat tak bisa diremehkan. Meski secara politis kuat, posisi Anas sangat rapuh karena bergantung pada kasus korupsi Hambalang yang sedang ditangani KPK.

Selepas Anas berhenti sebagai ketua umum, Partai Demokrat larut dalam polemik siapa penggantinya. Sejumlah tokoh seperti Marzuki Alie, Pramono Edhie Wibowo, hingga Ani Yudhoyono masuk bursa. Perdebatan akhirnya selesai pada Maret setelah Kongres Luar Biasa  memilih SBY sebagai ketua umum. 

Dengan demikian, praktis SBY merangkap sebagai ketua majelis tinggi, ketua dewan kehormatan, ketua dewan pembina, disamping memang tengah menjabat sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan RI. SBY lantas menunjuk Syarief Hasan membantunya sebagai ketua harian partai itu.

Kemelut tak selesai. Sebab, sejumlah pihak menilai mekanisme organisasi partai itu tidak lagi sehat. Sebab, SBY yang menjadi ketua berdampingan dengan Sekretaris Jenderal Edhie Baskoro Yudhoyono, putra kedua SBY.

Pecah Kongsi Harry Tanoe – Surya Paloh
Publik Indonesia dikejutkan keputusan Hary Tanoesoedibjo mundur dari Partai Nasdem, Januari 2013. Pengunduran diri itu sama mengejutkan dengan ketika Hary Tanoe bergabung dengan partai itu 9 Oktober 2011.

Pahit memang. Sebab jalan terbaik itu adalah perpisahan. Padahal jabatan Hary Tanoe di situ nyaris di pucuk, ketua Dewan Pakar. Dan menjadi tandem Surya Paloh di kursi Wakil Ketua Majelis Nasional. Dua posisi penting itu langsung didapuk begitu dia masuk tahun 2011 itu. Masuknya Hary Tanoe dikukuhkan dalam Rapat Pimpinan Nasional Partai Nasdem di Hotel Mercure, Ancol.

Meski baru setahun lebih, kemesraan itu sudah jadi cerita masa lampau. Kini Surya Paloh dan Hary Tanoe pecah kongsi. Perbedaan itu, kata Harry, “Saya ingin mempertahankan struktur kepengurusan yang ada saat ini. Namun Pak Surya Paloh menginginkan perubahan dengan terjun langsung pemimpin partai." 

Gejolak internal di tubuh Nasdem itu terjadi menjelang kongres yang digelar 25-26 Januari 2013. Gejolak semakin kencang seiring semakin dekatnya waktu pengukuhan Surya Paloh sebagai Ketua Umum Partai Nasdem pada kongres itu.

Tidak menunggu waktu lama, pertengahan Februari, Hary dan gerbongnya melabuhkan diri ke Partai Hanura pimpinan Wiranto. Dia langsung menduduki posisi ketua Dewan Pertimbangan Partai Hanura masa bakti 2010-2015. Ada , konglomerat media ini bergabung ke Hanura. Salah satunya, ia melihat Ketua Umum Hanura Wiranto sebagai sosok yang tenang dan bisa diajak diskusi.

Pada 2 Juli 2013, Hanura mendeklarasikan pasanga Wiranto-Hary Tanoe sebagai capres dan cawapres 2014. (umi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya