PDIP: Jadi Petugas Partai Tidak Rendahkan Jokowi
Senin, 13 April 2015 - 15:25 WIB
VIVA.co.id - Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Henry Yosodiningrat, mengatakan pernyataan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang menyebut Presiden Joko Widodo sebagai petugas partai, tidak bermaksud merendahkan.
Menurut dia, pidato Megawati harus dilihat dari dua sisi. Dalam hukum Tata Negara, seorang Presiden memang sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. Namun ketika seorang menjadi Presiden karena diusung oleh partai atau gabungan partai, maka dia adalah petugas partai.
"Ketika dia masuk rumah, kembali ke rumah, di situ dia kembali ke petugas partai," kata Henry di gedung DPR RI, Jakarta, Senin 13 April 2015.
Henry menjelaskan pada kenyataannya, Jokowi adalah Presiden yang diusung oleh partai politik. Sehingga, Jokowi harus menjalankan amanat partai yang dianggap bermanfaat bagi rakyat. "Saya tidak melihat direndahkan martabatnya, nggak ada. Prinsipnya begitu, dia kader partai, petugas partai seperti kami di DPR," ujar Henry.
Sementara itu, terkait pernyataan Megawati yang menyebut adanya 'penumpang gelap', Henry menyatakan memang sudah seharusnya perlu diantisipasi. Sebab, para 'penumpang gelap' ini yang selama ini mengganggu jalannya pemerintahan Jokowi, termasuk koordinasi Presiden dengan PDIP.
"Itu kan ada kalimatnya. Hati-hati ada penumpang gelap. Orang yang tidak mau capek bikin partai, tiba-tiba nimbrung, berarti kan ada kecendrungan memisahkan presiden dari partai," ujar dia.
Pada Kongres IV PDIP di Sanur, Bali, Sabtu pekan lalu, Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, berulang kali meminta semua kadernya yang ada di jajaran eksekutif maupun legislatif untuk menjalankan tugas sebagai kepanjangan tangan dari partai
"Kalian adalah petugas partai. Kalau enggak mau disebut petugas partai, keluar!" kata Megawati dalam pidato penutupan Kongres IV PDI-P, di Sanur, Bali.
![vivamore="
Baca Juga
:"]
[/vivamore]
Halaman Selanjutnya
"Itu kan ada kalimatnya. Hati-hati ada penumpang gelap. Orang yang tidak mau capek bikin partai, tiba-tiba nimbrung, berarti kan ada kecendrungan memisahkan presiden dari partai," ujar dia.