Kepala BIN: Pekerjaan Rumah Sutiyoso adalah Kelompok Radikal

Kepala BIN Marciano Norman
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVA.co.id
Kepala BIN: Pembakaran Vihara di Tanjungbalai Aksi Spontan
- Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Marciano Norman mengungkapkan beberapa hal tentang pekerjaan rumah atau tanggung jawab penggantinya kelak, Sutiyoso. Di antaranya, peningkatan kualitas sumber daya manusia para petugas intelijen dan peralatan pendukung tugas dinas rahasia.

Hendropriyono Minta Bukti Percakapan Haris dengan Freddy

Dua hal itu, kata Marciano, sangat penting karena menyangkut sukses atau gagal kinerja BIN dalam menyediakan informasi rahasia yang memadai kepada pemerintah atau lembaga penegak hukum. Informasi yang akurat tentu bermanfaat untuk menentukan kebijakan yang tepat.
Tambah Kewenangan BIN, DPR Tunggu Usulan Pemerintah


"Penguatan (kelembagaan BIN) itu dari sisi kualitas SDM (sumber daya manusia) dan peningkatan peralatan khusus dimiliki oleh BIN," kata Marciano kepada wartawan di kompleks Parlemen di Jakarta, Senin 15 Juni 2015.


Dia menjelaskan, sumber daya manusia yang berkualitas dapat mendukung kinerja BIN untuk berkoordinasi dengan dinas rahasia internasional atau negara-negara lain. Soalnya ancaman negara sekarang bukan lagi persoalan dalam negeri tetapi juga masalah global.


"Ancaman global yang dirasakan adalah harus mampu menerapkan satu langkah yang komprehensif dalam menangkal ancaman dari kelompok radikal," ujar Marciano.


Kelompok-kelompok radikal di Indonesia masih ada. Dengan jaringan kelompok radikal bersifat internasional, sumber daya manusia BIN harus punya kemampuan bekerja secara internasional juga sehingga dapat mendeteksi ancaman-ancaman yang dikendalikan jaringan global.


Presiden Joko Widodo menunjuk Sutiyoso sebagai calon Kepala BIN untuk menggantikan Marciano Norman. Presiden menyerahkan nama Sutiyoso kepada DPR pada 9 Juni 2015.


Sutiyoso akan menjalani uji kelayakan dan kepatutan di DPR sebelum Presiden melantiknya. Mekanisme uji kelayakan dan kepatutan kepada calon Kepala BIN adalah amanat Undang Undang Nomor 17 Tahun 2011 tentang Intelijen Negara. Namun prosedur itu baru kali pertama diterapkan dan Sutiyoso bakal menjadi Kepala pertama BIN yang diuji DPR.


Kedaluwarsa


Nama Sutiyoso hampir tak pernah disebut sebagai kandidat pemimpin dinas rahasia negara itu. Soalnya sedari awal Jokowi menjabat Presiden, ada tiga nama calon yang populer diberitakan media massa, yaitu Letnan Jenderal (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin (mantan Wakil Menteri Pertahanan), Jenderal (Purn) Fachrul Razi (mantan Wakil Panglima TNI), dan Asad Said Ali (mantan Wakil Kepala BIN).


Sempat terdengar sayup-sayup nama Marsekal Madya (Purn) Ian Santoso Perdanakusuma masuk juga dalam daftar nominasi.


Ada alasan pembenar kalau Ian disebut kandidat kuat, karena dia pernah menjabat Kepala Badan Intelijen Strategis TNI. Ian adalah putra pahlawan nasional Abdul Halim Perdanakusuma, petinggi Angkatan Udara yang dikenal dekat dengan Soekarno.


Tetapi, Presiden malah memilih Sutiyoso. Dia adalah pensiunan militer Angkatan Darat. Pangkat terakhirnya letnan jenderal dan menjabat Panglima Komando Daerah Militer Jakarta Raya pada 1996-1997. Dia pernah juga menjabat Wakil Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Kopassus) pada 1992-1993.


Sutiyoso berpengalaman dalam bidang intelijen militer meski tak pernah berkarier di BIN. Kemampuan intelijennya dikritik sudah kedaluwarsa karena paradigma intelijen sudah jauh berubah dibanding pada masa dia masih tentara aktif.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya