- ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma
VIVA.co.id - Istana membantah bahwa penggantian Andi Widjojanto sebagai Sekretaris Kabinet, dilakukan Presiden Joko Widodo karena tekanan dari partai politik, khususnya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.
"Saya kira, enggaklah. Ini hal biasa aja. Ini kan, implementasi otoritatif Presiden," kata Tim Komunikasi Presiden, Teten Masduki di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu 12 Agustus 2015.
Menurut Teten, Andi digantikan oleh Pramono Anung, agar pemerintahan lebih efektif. Tentu saja, dalam memilih seseorang, Jokowi mempertimbangkan aspek profesionalitas dan integritas.
Namun, bukan berarti Andi tidak berintegritas, namun konsolidasi pemberitaan juga harus dilakukan. "Jadi, tidak semata-mata datang dari kelompok ini dan itu," ujar dia.
Teten juga membantah bahwa dalam melakukan perombakan kabinet ini Jokowi didikte oleh partai politik. "Kami tahu persis, bagaimana prosesnya. Ini sama-sama komitmennya memperbaiki kinerja kabinet," kata dia.
Sebelumnya, Menko Politik Hukum dan Keamanan, Tedjo Edhy Pudjiatno, diganti Luhut Binsar Pandjaitan. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Indroyono Soesilo, diganti Rizal Ramli.
Kemudian, Menko Perekonomian, Sofyan Djalil, dipindahkan menjadi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, menggantikan Andrinof Chaniago yang terpental dari kabinet. Posisi Sofyan kini digantikan Darmin Nasution.
Selain itu, Presiden Joko Widodo juga mencopot Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto dan menggantinya dengan Pramono Anung. Menteri Perdagangan, Thomas Lembong, menggantikan Rahmat Gobel, yang juga terpental dari kabinet. (asp)