SBY: Saya Tak Setuju Presiden Turun di Tengah Jalan

Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Anwar Sadat

VIVA.co.id - Mantan Presiden yang juga Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono tak membantah adanya skenario-skenario penjatuhan atau aksi makar terhadap Presiden Jokowi. Namun, dia menegaskan tidak sependapat dengan rencana tersebut.

SBY Yakin Duet Renan Buiatti-Reza Beik Jadi Pertahanan Tangguh Jakarta LavAni

"Berbicara tentang makar, saya tetap konsisten bahwa saya tak akan pernah setuju dengan upaya menurunkan Presiden di tengah jalan," kata SBY dalam keterangan yang diterima VIVA.co.id, Senin, 28 November 2016.

SBY berpendapat, jika seorang Presiden yang dipilih langsung oleh rakyat kemudian dengan mudahnya dijatuhkan oleh sekelompok orang yang amat berambisi dan haus kekuasaan melalui konspirasi politik akan menjadi preseden yang buruk.

Pengamat Ungkap Ganjalan Utama Megawati Gabung dalam Koalisi Prabowo-Gibran

"Kalau kita paham konstitusi, seorang Presiden hanya bisa diberhentikan jika melanggar pasal pemakzulan (impeachment article)," kata dia.

Meski demikian, SBY tidak membantah mengenai adanya pengalaman di banyak negara seorang penguasa jatuh oleh sebuah revolusi sosial atau people's power. Contoh yang paling baru adalah kejatuhan sejumlah penguasa di Afrika Utara (Arab Spring).

Juru Bicara Ungkap Keinginan Prabowo Duduk Bareng Megawati, SBY dan Jokowi

"Tetapi, ingat sebenarnya people's power dan revolusi sosial itu tak bisa dibuat begitu saja. Seolah-seolah seorang elite politik bisa menciptakan revolusi dengan mudahnya," ujarnya.

Pengalaman SBY

SBY juga mengingat saat menjadi Presiden, ada pihak-pihak yang menggulirkan "Gerakan Cabut Mandat SBY". Menurutnya, hakikat dari gerakan itu juga sebuah kehendak untuk melakukan makar. "Saya tenang dan tidak panik," kata SBY.

SBY tahu bahwa gerakan cabut mandat itu hanyalah keinginan sejumlah elite, bukan rakyat. Oleh karena itu, dia tetap bekerja, dan terus bekerja. "Saya tak berselingkuh dengan merusak nilai-nilai demokrasi dan rule of law, dan kemudian bertindak represif," ujarnya.

SBY juga mengaku tahu tokoh-tokoh politik mana yang turun ke lapangan untuk mencabut mandatnya. Tapi tak ada niatnya untuk memidanakan mereka. "Gerakan yang namanya seram itu, "cabut mandat dan turunkan SBY" akhirnya cepat berlalu," ujarnya menambahkan.

Dari sana, mantan Menteri Koordinator Politik dan Keamanan era Megawati Soekarnoputri itu mengambil sebuah pesan moral. "Bagi yang ingin menjadi Presiden atau Wakil Presiden, tempuhlah jalan yang benar dan halal. Ikuti etika dan aturan main demokrasi. Toh pada saatnya akan ada pemilihan Presiden. Sabar. Jangan nggege mongso."

(mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya