Cerita Wiranto tentang Penyair WS Rendra dan Hati Nurani

Wiranto berbincang dengan WS Rendra
Sumber :
  • Antara/ Ujang Zaelani

VIVA.co.id – Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto mengisahkan persahabatannya dengan penyair WS Rendra. Ada kejadian menarik di antara keduanya. Kata Wiranto, mereka sempat memperdebatkan mengenai hati nurani.

Natasha Rizky Gelar Bedah Buku dan Pembacaan Puisi di Makna Fest 2024

Kata hati nurani ini selalu diucapkan oleh Wiranto ketika menceritakan perdebatan dengan WS Rendra. Seperti diketahui, Wiranto merupakan pendiri partai politik dengan nama Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura).

Wiranto menjelaskan debat tersebut terjadi pada pengujung tahun 2000. Wiranto menyiratkan bahwa ia dan WS Rendra sebenarnya memiliki satu tujuan namun karena waktu itu Wiranto berkiprah di militer, pandangan keduanya seperti tampak berseberangan.

Deretan Tradisi Aneh Valentine di Seluruh Dunia, Ada yang Bikin Melongo!

"Tahun 90-an saya dihadapkan selalu oleh adikodrati, yang tidak bisa kita tolak, kita sama-sama pakai atribut formalitas yang memisahkan jiwa kesamaan itu," kata Wiranto di Panggung Puisi RMOL, Jakarta, Kamis malam, 22 Desember 2016.

Kemudian Wiranto melanjutkan bahwa pada suatu waktu di tahun 2000, ia harus dihadapkan dengan WS Rendra mengenai sudut pandang soal hati nurani. Menurutnya, hati nurani adalah sumber kejujuran, sumber kemuliaan dan sumber kebenaran.

Ditulis dalam Puisi, Natasha Rizky Singgung Orang yang Tak Mau Berjuang Untuknya

"Dan tatkala menawar sahabat saya (WS Rendra) membawa hati nurani ke ranah politik, serta merta tidak bisa. Katanya, hati nurani tidak masuk ke ranah yang kotor," imbuhnya.

Perdebatan itu berlangsung sejak pukul 11 malam sampai pukul 3 dini hari. Hasilnya dalam perdebatan soal hati nurani, kedunya menemukan satu jalan keluar.

Baik Wiranto dan WS Rendra satu suara bahwa hati nurani bisa masuk ke panggung politik yang mana hati nurani tersebut bisa mencerahkan para politisi untuk senantiasa bertanggung jawab kepada masyarakat.

"Memang politik kotor tapi pasti ada lahan bersih. Tuhan menciptakan manusia dengan hati sebersih kertas yang belum ditulis dan yang mengotori itu manusia sendiri setelah bergaul dengan manusia lainnya. Tapi tentunya bisa kita bersihkan kembali menjadi putih untuk Tuhan dan manusia lainnya," tutur Menko tersebut.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya