Sekjen PDIP Temui Hamzah Haz, Bahas Apa?

Sekjen PDIP Temui Hamzah Haz
Sumber :
  • VIVA.co.id/Rifki Arsilan

VIVA.co.id – Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyambangi tokoh senior Partai PPP yang juga mantan Wakil Presiden era Megawati Soekarnoputri, Hamzah Haz, Sabtu, 5 Agustus 2017. Hasto ditemani perwakilan organisasi sayap PDIP, Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi)

Pekerja Migran Sumbang Devisa Rp277 Triliun untuk Negara, Hasto: Ini Kontribusi Luar Biasa

Hasto menyatakan kedatangannya dalam rangka membangun tali silaturahmi kepada salah satu tokoh nasional yang dulu pernah mendampingi Megawati saat memimpin negara pada tahun 2001-2004.

"Kami menyampaikan salam dari Ibu Megawati, mengingat Ketua umum Ibu Megawati dan Bapak Hamzah Haz saat itu merupakan representasi dari kondisi nasional kita," kata Hasto di kediaman Hamzah Haz, Jalan Patra Kuningan, Jakarta Selatan.

Megawati Ejek Puan-Hasto Menangis di Rakernas PDIP: Piye Sih Penggede Partai Kok Cengeng

Ia menambahkan, masa kepemimpinan Megawati Soekarnoputri dan Hamzah Haz terjadi di era Reformasi. Menurut dia, kondisi bangsa saat itu sangat sulit. Hal ini mengingat saat itu, bangsa Indonesia tengah mengalami masa transisi pasca krisis ekonomi yang terjadi pada 1998.

"Tadi Pak Hamzah juga menyampaikan kerja sama saat itu sangat baik, tali persaudaraan saat itu dibangun saat baik," tutur Hasto.

Tiba di Lokasi Rakernas PDIP, Megawati Didampingi Sekretaris Kabinet Jokowi

Kemudian, Hasto juga menceritakan kompaknya duet Mega dengan Hamzah Haz saat mengambil keputusan. Menurutnya, berdasarkan cerita Hamzah, keputusan pemimpin negara selalu dirembukkan bersama dengan wakilnya.

"Bahkan tadi Pak Hamzah menyampaikan, ketika ingin mengambil keputusan kemudian Pak Hamzah memegang tangan Ibu. Pada saat beliau ada perbedaan pendapat maka keputusan pun ditunda sampai mendengarkan pendapat dari Pak Hamzah Haz," ujarnya.

Ia mengatakan, pengalaman duet Mega-Hamzah mencerminkan kekompakan antara PDI Perjuangan yang berbasis nasionalis dengan PPP yang berbasis religius.

"Itu suatu gambaran, bahwa Islam dan nasionalis tidak dapat dipisahkan. Betapa saat itu disadari betapa pentingnya membangun soliditas di antara pemimpin-pemimpin Nasional. Ini yang harus diambil pembelajaran dari keduanya," tuturnya. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya