Kepala Bappenas Ungkap Alasan Jepang Kebal Gejolak Ekonomi Global

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

VIVA – Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro mengungkapkan alasan Jepang menjadi negara yang lebih kebal dari gejolak ekonomi global, ketimbang Indonesia.

Ini 5 Tips Atur Keuangan Keluarga untuk Hadapi Krisis Ekonomi

Padahal, ungkap Bambang, rasio utang Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) masih berada pada level aman di bawah 30 persen. Sementara Jepang, sudah berada di level yang tinggi mencapai 200 persen.

"Yang bedakan Jepang dan Indonesia adalah rasio kepemilikan investor asing terhadap instrumen surat berharga," kata Bambang di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat 31 Agustus 2018.

Menlu China: Serangan COVID-19 Bikin Ekonomi Global Terperosok

Dijabarkan Bambang, persentase investor asing dalam kepemilikan surat berharga di Jepang hanya sebesar sembilan persen. Hal ini berbeda dengan Indonesia, yang sudah mencapai 40 persen.

"Artinya, kalau ada gejolak dunia, mereka tenang saja. Nasionalisme Jepang terhadap surat berharga juga tinggi. Nah, kalau kita, 40 persen surat berharga dimiliki asing. Ada yang asing jangka panjang, tetapi juga ada yang pendek. Makanya, ada gejolak ke currency (nilai tukar)," ujar mantan menteri keuangan itu.

Sri Mulyani Ungkap Dilema Ambil Kebijakan di Masa Krisis

Tak hanya itu, lanjut Bambang, perbedaan Indonesia dan Jepang adalah dari segmen investor surat berharga. Ibu rumah tangga di Jepang pun, disebutnya berinvestasi di surat berharga.

"Sampai ke level ibu rumah tangga dan pelajar, mereka sudah banyak investor dalam berbagai bentuk. Tapi yang penting, nasionalisme tadi. Kalau itu tinggi, stabilitas makro pasar keuangan ini akan lebih terbantu," ujarnya.

Untuk itu, menurutnya, diperlukan nasionalisme yang lebih kuat di Indonesia dalam berinvestasi. Ia menyadari, masyarakat saat ini masih memilih investasi seperti deposito dan tabungan.

"Tapi yang paling penting, makin banyak instrumen investasi. Makanya, kita harus punya yang memadai. Dengan memperbanyak instrumen dan semakin banyak produk syariah yang masuk," ujarnya.

Di satu sisi, Bambang menyebut bahwa nasionalisme masyarakat Indonesia sudah cukup besar. Hal itu terlihat dari euforia dukungan masyarakat kepada atlet dalam perhelatan Asian Games 2018.

"Saya lihat di Asian Games, Indonesia memang bukan yang terbaik, tetapi dukungan penonton itu luar biasa, Jadi, kalau BEI (Bursa Efek Indonesia) melakukan sosialisasi, coba tolong sentuh juga investasi dengan nasionalisme," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya