Jonan: Jika Mobil Listrik Tak Jalan, Impor BBM Bisa Dua Kali Lipat
- ANTARA FOTO/ICom/AM IMF-WBG/Zabur Karuru
VIVA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mendorong penggunaan mobil listrik untuk mengurangi impor bahan bakar minyak atau BBM. Hal ini diperlukan untuk menekan konsumsi BBM yang semakin meningkat.
Ia membeberkan, kondisi produksi minyak Indonesia saat ini hanya sebesar 775 ribu barel per hari. Sedangkan konsumsi BBM terus meningkat mencapai 1,3 juta barel per hari.
Untuk produk BBM jadi, Ia melanjutkan Indonesia mengimpor 400 ribu barel per hari dan sisanya dipenuhi dari impor minyak mentah yang akan diolah di kilang dalam negeri.
"Kalau mobil listrik tidak jalan saya kira impor (produk) BBM bisa jadi dua kali lipat atau hampir 1 juta pada 2025 atau 2030 paling lama," kata Jonan dalam acara Pertamina Energy Forum 2018, Jakarta, Kamis 29 November 2018.
Di satu sisi, Jonan pun mengatakan, penemuan ladang minyak baru sudah tak lagi ditemukan beberapa tahun terakhir. Jika dihitung, penemuan ladang minyak besar di Indonesia baru sebanyak 10 lapangan saja.
"Terakhir ditemukan 15 tahun yang lalu adalah sumber minyak di Banyu Urip yang dikelola oleh exxon, kita di (blok) Cepu. Yang Lainnya enggak ada," kata dia.
Untuk itu, Jonan mengaku sangat mendorong Industri pembuatan kendaraan listrik. Sebab, lanjut dia, listrik dihasilkan dari energi primer yang besar, mulai dari batu bara, gas alam, panas bumi, air, tenaga surya, bio massa, arus laut dan angin yang seluruhnya bisa disediakan di Indonesia.
Selain itu, khusus untuk mengurangi impor gas, Jonan juga mendorong adanya Coal to Dimethyl Ether (DME) atau gasifikasi batu bara. Produk DME ini diharapkan dapat menjadi pengganti elpiji dalam kehidupan sehari-hari.
"Jadi ini tantangan, ada dua satu Coal to DME, kedua adalah Mobil listrik," kata dia.