Naik Lagi, Utang Luar Negeri Indonesia Hampir Rp5.900 Triliun
- ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
VIVA – Bank Indonesia mengumumkan, posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia pada akhir November 2020 sebesar US$416,6 miliar. Besaran utang itu setara dengan Rp5.874,06 triliun dengan kurs sebesar Rp14.100 per dolar AS.
Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono, menyatakan, pertumbuhan ULN Indonesia itu mencapai 3,9 persen year on year (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 3,3 persen yoy.
"Terutama disebabkan oleh peningkatan penarikan neto ULN pemerintah. Selain itu, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga berkontribusi pada peningkatan nilai ULN berdenominasi rupiah," kata Erwin melalui keterangan tertulis, Jumat, 15 Januari 2021.
Dia merincikan, besaran utang pada periode itu terdiri atas ULN sektor publik, yakni pemerintah dan bank sentral sebesar US$206,5 miliar dan ULN sektor swasta termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebesar US$210,1 miliar.
Baca juga: Surplus Neraca Perdagangan RI 2020 Tertinggi dalam 9 Tahun Terakhir
ULN pemerintah, katanya, tumbuh 2,5 persen yoy menjadi sebesar US$203,7 miliar. Lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan Oktober 2020 sebesar 0,3 persen yoy. Ini disebutkannya dipengaruhi aliran masuk modal asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN).
"Serta penarikan sebagian komitmen pinjaman luar negeri untuk mendukung penanganan pandemi COVID-19, dan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). ULN pemerintah tetap dikelola secara hati-hati, kredibel, dan akuntabel," tutur Erwin.
ULN pemerintah disebutkannya untuk mendukung belanja prioritas, yang di antaranya mencakup sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial 23,8 persen, konstruksi 16,6 persen, jasa pendidikan 16,6 persen, administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib 11,8 persen serta sektor jasa keuangan dan asuransi 11,2 persen.
Sementara itu, ULN swasta tumbuh melambat dibandingkan bulan sebelumnya. Pada akhir November 2020, ULN swasta tumbuh 5,2 persen yoy, lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 6,4 persen yoy.
"Ini disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan dari 8,3 persen yoy pada Oktober 2020 menjadi 7,2 persen yoy. Selain itu, ULN lembaga keuangan mencatat kontraksi 1,4 persen yoy," tutur dia.
Berdasarkan sektornya, ULN terbesar dengan pangsa mencapai 77 persen dari total ULN swasta bersumber dari jasa keuangan dan asuransi, pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara dingin, industri pengolahan dan pertambangan dan penggalian.
Sementara itu, rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir November 2020 sebesar 39,1 persen, relatif stabil dibandingkan dengan rasio pada bulan sebelumnya sebesar 38,8 persen.
"Struktur ULN Indonesia yang tetap sehat tercermin dari besarnya pangsa ULN berjangka panjang yang mencapai 89,3 persen dari total ULN. Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam memantau perkembangan ULN," ucapnya.