Ekonomi Indonesia Mulai Bangkit, Sri Mulyani Ungkap Tanda-tandanya
- ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
VIVA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengklaim bahwa perekonomian Indonesia sudah pulih begitu juga aktivitas bisnis para pelaku usaha di dalam negeri. Ini ditunjukkan dari kinerja ekspor pada Maret 2021.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) Sri mengatakan, pada bulan itu, ekspor Indonesia mampu tumbuh hingga 30,47 persen secara tahunan. Pertumbuhan ini dinilainya sangat tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya.
"Kenaikan ekspor ini menunjukkan pulihnya dan bangkitnya kembali perekonomian Indonesia dan pelaku ekonomi Indonesia dan juga pulihnya kembali perekonomian dunia," kata dia dalam diskusi virtual, Selasa, 20 April 2021.
Kondisi ini, dia melanjutkan juga didukung oleh pesatnya pertumbuhan impor. Pada bulan tersebut BPS mencatat bahwa pertumbuhan impor telah mampu mencapai 25,73 persen secara tahunan, menunjukkan aktivitas permintaan barang dalam negeri naik.
Baca juga: Menaker Sebut Pekerja Migran yang Mudik Belum Tentu Bisa Balik ke Luar
"Ini adalah pertumbuhan yang sangat tinggi dibanding dua tahun terakhir dan terutama dibandingkan tahun pertama kita menghadapi Pandemi COVID-19," tutur mantan direktur pelaksana Bank Dunia ini.
Di sisi lain, pertumbuhan kinerja ekspor ini dikatakannya juga ditopang oleh kinerja ekspor dari sektor non migas yang mampu tumbuh hingga 30,07 persen secara tahunan dengan nilainya mencapai US$17,45 miliar.
"Menggambarkan adanya pertumbuhan daya kompetisi produk-produk non migas. Ini menunjukkan kondisi perekonomian kita mampu untuk terus meningkatkan produk-produk non migas yang menembus pasar dunia," papar Sri.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2021 surplus US$1,57 miliar. Posisi ini lebih baik dari catatan Februari 2021 yang surplus US$2 miliar.
Begitu juga jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu, surplus neraca ekspor impor ini masih jauh lebih baik. Sebab, pada Maret 2020 surplus neraca perdagangan US$720 juta.
Kepala BPS, Suhariyanto menjelaskan, kondisi surplus ini dipicu oleh ekspor Maret 2021 yang mencapai US$18,35 miliar. Sedangkan nilai impor pada bulan itu mencapai US$16,79 miliar.
"Surplus ini jauh lebih bagus dibanding surplus pada Maret tahun lalu maupun 2019 yang waktu itu surplus tapi hanya US$0,7 miliar," tutur dia saat konferensi pers, Senin, 15 Maret 2021.