Pakan Jadi Penyebab Harga Ayam dan Telur Tidak Menentu

Daging ayam
Sumber :
  • VIVA / Andrew Tito (Jakarta)

VIVA – Harga komoditas perunggasan baik ayam ras dan telur mengalami kenaikan, baik di tingkat peternak maupun konsumen. Hal itu, karena mahalnya harga pakan yang berasal dari jagung yang masih diimpor.

Heboh Video Durian Montong Jadi Makanan Ayam di Thailand

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Perekonomian, Musdhalifah Machmud mengatakan pada ayam hidup atau live bird (LB) tingkat peternak 2022 cenderung berfluktuasi atau tidak menentu. Di mana rata-rata LB per 4 Juni senilai Rp21.700 per kilogram (kg).

“Harga telur ayam ras di tingkat peternak cenderung mengalami kenaikan. Harga telur per 4 Juni mencapai Rp5.700 per kg. Sementara harga di tingkat konsumen per 6 juni harga daging ayam Rp38.000 seperkilo dan telur mencapai Rp29.000 per kg,” jelas Musdhalifah dalam telekonferensi, Rabu 8 juni 2022.

Daftar Harga Pangan 3 Mei 2024: Cabai Merah, Gula hingga Daging Sapi Naik

Baca juga: Jokowi Targetkan RI Jadi Produsen Utama Barang Berbahan Nikel

Musdhalifah menuturkan, komoditas peternakan dan perunggasan merupakan komoditas yang sangat berpengaruh terhadap perekonomian. Khususnya di sektor pertanian, untuk industri unggas juga memiliki peranan yang penting dimulai dari hulu hingga hilir.

Tinjau Pasar di NTB, Jokowi: Harga Cabai Rawit hingga Bawang Merah Turun

“Namun saat ini berbagai isu terkait perunggasan banyak diangkat, peternak rakyat banyak mengalami kerugian yang berkepanjangan, akibat fluktuasi harga LB ayam ras daging. Fluktuasi harga telur ayam ras, tren kenaikan harga pakan pada waktu tertentu juga terjadi kelangkaan DOC ayam ras,” terangnya.

Dia juga mengungkapkan, berbagai tantangan dari industri perunggasan juga terlihat. Seperti bahan pakan strategis yang masih harus dilakukan impor, serta stabilitas pasokan pakan jagung belum terjadi keseimbangan. Ketidakseimbangan itu terjadi antara LB di tingkat peternak dan harga ditingkat konsumen.

Daging ayam.

Photo :
  • Pixabay

“Tantangan tersebut masih diperkaya dengan adanya preferensi konsumsi masyarakat Indonesia yang lebih memilih daging ayam segar, dibandingkan daging beku. Selain itu juga belum adanya verifikasi dan validasi data perunggasan nasional yang terintegrasi,” jelasnya.

Menyikapi tantangan tersebut, dia mengatakan perunggasan nasional masih memerlukan banyak upaya. Untuk upaya itu diantaranya perlunya melakukan peningkatan produktivitas, dan daya saing.

“Kemudian implementasi tata niaga daging dan ayam telur ras untuk peningkatan peternak, pelaku pasar, dan konsumen secara proporsional. Serta diperlukannya stabilitas harga daging dan telur ayam di tingkat peternak dan konsumen,” ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya