Karyawan yang Resign Periode Ramadhan 2024 Naik 220 Persen Dibanding 2023
- smartlemming.com
Jakarta – Head of Business Mekari Talenta, Stevens Jethefer mengungkapkan pada periode Ramadhan dan Idul Fitri tahun ini, karyawan yang resign di Indonesia meningkat 220 persen. Jumlah itu naik dua kali lipat, dibandingkan dengan periode sebelum Ramadhan.
Stevens mengatakan, karyawan umumnya mengundurkan diri, atau resign, setelah menerima tunjangan hari raya ( THR) Idul Fitri. Bahkan tren pengunduran diri sudah terdeteksi sejak awal periode Ramadhan.
"Di antara 10 Maret-20 Maret karyawan yang resign meningkat 220 persen, atau lebih dari dua kali lipat, dibandingkan dengan periode sebelum Ramadhan di antara 28 Februari-9 Maret. Memang, bursa kerja menjadi lebih cair saat Ramadhan karena ada perputaran talenta di dalam dan di antara perusahaan,” kata Stevens dalam keterangannya Kamis, 4 April 2024.
Lanjutnya, tahun ini pemerintah menetapkan cuti bersama Lebaran sebanyak empat hari sehingga menggenapkan libur menjadi seminggu penuh. Libur yang melimpah ini pun berdampak pada pengajuan cuti karyawan, di mana hanya 4 persen dari mereka menggunakan jatah cuti pribadi untuk Lebaran.
“Setiap perusahaan memiliki kebijakan sendiri terkait cuti bersama, dan hal tersebut mempengaruhi keinginan karyawan untuk menggunakan jatah cuti mereka sendiri untuk Lebaran,” jelasnya.
Stevens mengatakan, real estate, layanan konsumen serta informasi dan teknologi adalah perusahaan-perusahaan dengan persentase tertinggi karyawan yang cuti. Sebab hingga 5 persen dari karyawan di perusahaan-perusahaan tersebut mengambil cuti untuk Lebaran.
“Pengoperasian perusahaan atau siklus bisnis yang melambat saat Lebaran memberi kesempatan bagi karyawan untuk mengambil cuti,” jelasnya.
Dia mengatakan berdasarkan data, waktu masuk kantor, atau clock in, mereka yang bekerja di institusi pemerintah mundur 20 menit dari biasa dan waktu pulang kantor, atau clock-out, maju 1 jam lebih awal. Perubahan jam kerja sesuai peraturan presiden yang telah dikeluarkan.
“Untuk perusahaan non-pemerintah, data menunjukkan bahwa karyawan tetap clock-in di jam yang sama di luar bulan Ramadhan. Namun, mereka cenderung clock-out lebih awal agar bisa berbuka di rumah,” katanya.
Stevens menambahkan bahwa teknologi menjadi salah satu tools yang bisa digunakan perusahaan untuk mengatur pekerjaan dan ketersediaan sumber daya manusia ( SDM) selama Ramadhan dan Lebaran.
“Teknologi berupa solusi human resource berbasis awan mempermudah HR melakukan berbagai pengaturan ulang, mulai dari mengubah clock in-clock out time bagi karyawan hingga memperkirakan kebutuhan tenaga kerja yang harus piket selama saat Lebaran,” katanya.
Ia menambahkan bahwa solusi HR turut bermanfaat bagi perusahaan paska Lebaran. “Setelah Lebaran, solusi HR akan membantu perusahaan untuk merekrut karyawan baru, mulai dari mempermudah penyebaran informasi lowongan hingga memproses CV kandidat yang masuk. Sebab itu, perusahaan perlu menjadikan momentum Ramadhan untuk mendigitalisasi sistem HR mereka,” imbuhnya.