Menguak Fenomena Bandara Kosong di Indonesia

Bandara Kertajati siap layani penerbangan haji.
Sumber :
  • Dok. BKIP Kemenhub

Jakarta, VIVA – Pemerintah memastikan infrastruktur penunjang transportasi pembangunannya merata di seluruh Indonesia, termasuk penunjang moda angkutan udara yaitu Bandara. Namun, tak sedikit pula pembbangunan itu seolah sia-sia karena saat beroperasi ternyata minim aktivitas.

Bandara Ngurah Rai Siap Atasi Lonjakan Penumpang Nataru, Diprediksi 7.800 Pergerakan Pesawat

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengungkapkan bahwa fenomena bandara kosong di tanah air disebabkan oleh beberapa faktor, terutama dampak pandemi COVID-19. Namun, penyebab utama lainnya adalah penurunan drastis populasi pesawat di dunia, yang membuat banyak pabrikan tidak beroperasi dengan baik.

"Mengapa? (Bandara bisa kosong) Satu, memang populasi pesawat di dunia itu menurun drastis, karena beberapa hal, pabrikan yang besar juga tidak terlalu sehat," kata Budi di Jakarta, dikutip Rabu, 2 Oktober 2024.

5 Kebiasaan Sepele di Pesawat yang Bisa Mengganggu Penumpang Lain, Cek Yuk!

Budi menjabbarkan, selain itu, ketersediaan suku cadang juga terpengaruh, terutama suku cadang dari Uni Soviet dan Ukraina yang tidak dapat dikirimkan, menyebabkan banyak penerbangan di Indonesia terhenti.

"Yang kedua sparepart yang tadinya diandalkan itu collapse pada saat COVID-19, bahkan sebagian sparepart itu dari Uni Soviet dan Ukraina, tidak di-delivery," ujarnya.

Badan Keamanan Transportasi Amerika Serikat Inspeksi Bandara Soekarno-Hatta Jelang Nataru

Menhub menegaskan bahwa pentingnya keselamatan menjadi alasan utama mengapa penerbangan tidak bisa dijalankan jika suku cadang tidak tersedia.

Menhub Budi Karya Sumadi saat uji coba Trem Otonom di IKN [dok. BKIP Kementerian Perhubungan]

Photo :
  • VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya

"Sehingga penerbangan kita yang ada di Indonesia bahkan banyak yang tidak beroperasi, ada tongkrongannya, ndak bisa berjalan. Karena sparepart-nya nggak ada. Dan safety-nya tinggi sekali sehingga kita tidak bisa menjalankan itu," tuturnya.

Budi juga mengatakan bahwa akibat daya beli masyarakat yang mengalami penurunan, berdampak pada kemampuan mereka untuk menggunakan layanan penerbangan. Dalam beberapa kasus, tarif penerbangan harus mencapai batas atas agar leasing dan biaya avtur dapat dibayar.

"Memang harus jujur ya, daya beli masyarakat itu turun. Katakanlah tujuan tertentu, tujuan tertentu harus dipenuhi dengan 70 persen dengan tarif harus batas atas, kalau tidak leasing-nya, avturnya tidak bisa dibayar," terangnya.

Menhub menyampaikan bahwa pembangunan bandara yang dilakukan sejak tahun 2014 sesuai arahan dari Presiden Joko Widodo, hal itu bertujuan untuk memenuhi kebutuhan moda transportasi udara di berbagai daerah di Indonesia.

Saat pembangunan bandara dilakukan, jumlah pesawat sempat mendekati 700 unit, tetapi setelah pandemi, jumlah tersebut merosot tajam menjadi sekitar 300 unit. Saat ini, kata Menhub, jumlah pesawat yang beroperasi hanya sekitar 420 unit, dan jumlah ini stagnan tanpa ada peningkatan yang signifikan.

Bandara Kualanamu Internasional Airport, Kabupaten Deliserdang.(B.S.Putra/VIVA)

Photo :
  • VIVA.co.id/B.S. Putra (Medan)

"Pada saat itu bandara kita bangun, pesawat itu sudah mendekati 700, tetapi apa yang terjadi pada saat setelah pandemi COVID-19? pesawat itu merangkak jadi 300, sekarang ini kira-kira (tersisa) 420. Itu pun stagnan, nggak bisa naik-naik," kata Menhub.

Meski begitu, Menhub tidak menyebutkan bandara mana saja yang mengalami kekosongan penerbangan. Berdasarkan data Kementerian Perhubungan, dalam kurun waktu 10 tahun periode 2015-2024, telah melakukan pembangunan 27 bandar udara baru dan rehabilitasi bandara udara terhadap 64 bandara di seluruh Indonesia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya