Badan Gizi Tegaskan Program Makan Bergizi Gratis Tidak Diberikan 2 Kali Sehari
- Antara
Jakarta, VIVA – Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana membantah pernyataan Hashim Djojohadikusumo mengenai Program Makan Bergizi Gratis (MBG) akan diberikan sebanyak dua kali dalam sehari, yakni pada pagi dan siang sehari.
Dadan mengatakan, untuk Program Makan Bergizi Gratis ini hanya akan diberikan satu kali. Dalam hal ini untuk anak Paud dan kelas 2 SD diberikan pada pagi hari pukul 8.00. Sedangkan kelas 3 dan 6 SD diberikan pukul 9.30 pagi.
"Gini, anak Paud sama anak SD kelas 2 itu kan makannya jam 8, Itu kan pagi. Nah, anak SD yang lainnya dari kelas 3 sampai kelas 6 kan makannya jam setengah 10. Anak SMP dan SMA makannya siang. Jadi yang anak SD makan pagi, yang SMP SMA makan siang," jelas Dadan di JCC, Senayan, Jakarta, Selasa, 8 Oktober 2024.
Dadan mengatakan, selain berbedanya waktu jam makan, kalori untuk para pelajar ini pun akan disesuaikan dengan usia penerima. Kemudian untuk manu dan kandungan gizi akan tetap sama.
"Kita memenuhi sepertiga kebutuhan kalori anak setiap hari, sementara ini yang sudah ditetapkan di APBN," ujarnya.
Adapun untuk mendukung Program Makan Bergizi Gratis ini pemerintah telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 71 triliun dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025. Program ini sendiri akan mulai dilaksanakan pada 2 Januari 2024.
Sebelumnya, Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Hashim Djojohadikusumo mengatakan Program Makan Bergizi Gratis akan diberikan dua kali dalam sehari yakni pada pada pagi dan siang hari.
Di sini saya mau luruskan, ada sebagian masyarakat merasa ini makan siang gratis. Ini bukan makan siang gratis, ini makan gratis dua kali sehari, pagi dan siang," kata Hashim di Menara Kadin, Jakarta Selatan, Senin, 7 Oktober 2024.
Dia menjelaskan, apabila program Makan Bergizi Gratis ini hanya diberikan untuk sarapan saja, maka hal itu dinilai tidak akan cukup menunjang gizi para anak bangsa dan ibu rumah tangga yang menjadi sasaran dari program tersebut.
Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) mencatat, sebanyak 41 persen siswa di Indonesia berada dalam kondisi lapar saat mereka belajar di sekolah.
"Mereka lapar kenapa? Karena orang tuanya tidak mampu untuk menyediakan sarapan pagi. Mereka masuk sekolah, lapar, perut kosong. Kita sekarang bisa mengerti, kenapa ranking-ranking kita akan hal pendidikan sangat buruk," ujarnya.