Kementerian Investasi Sebut Dunia Bergantung pada Nikel Indonesia

Bijih nikel mentah yang siap diolah menjadi feronikel (Foto Ilustrasi).
Sumber :
  • Antara

Jakarta, VIVA – Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyebut, dunia bergantung terhadap nikel yang ada di Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari 23 persen nikel dunia yang berada di Indonesia. 

Kapolri Klaim Sudah Hajar Pelaku Tambang Ilegal Karena Bikin Kebocoran Negara

Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM, Nurul Ikhwan mengatakan, sebagai negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam, Indonesia memiliki keunggulan kompetitif bila diseimbangkan dengan teknologi.

Menurutnya, dengan kedua hal itu bisa menciptakan banyak nilai tambah dari Indonesia untuk dunia. Salah satunya di baterai dan Electric Vehicle (EV) atau kendaraan listrik.

Diterapkan 2025, Bahlil Sebut Skema Subsidi BBM Sudah Rampung Dibahas

"Ini sudah kita tunjukkan Indonesia sebagai negara dengan pemilik 23 persen deposit dari nikel dunia ini sekarang orang menginginkan Indonesia terlibat di situ. Artinya mereka tidak bisa terlepas dari nikelnya Indonesia," ujar Ikhwan dalam The Interview bersama VIVA dikutip Kamis, 17 Oktober 2024.

(Foto ilustrasi) Pemeriksaan biji feronikel milik PT Aneka Tambang (ANTAM)

Photo :
  • Antara
Pacu Hilirisasi 28 Komoditas, Menteri Rosan Kejar Investasi Rp 9.810 Triliun

Ikhwan menilai, dengan pesatnya perkembangan teknologi baterai saat ini, menjadi momentum yang harus dimanfaatkan oleh Indonesia. Sebab, hal itu akan menjadi kunci keberhasilan ekonomi Indonesia.

"Memanfaatkan momentum atas kekayaan sumber daya alam ditambah dengan teknologi dan kekuatan pasar yang berhasil kita analisa ini menjadi kunci keberhasilan ekonomi Indonesia," jelasnya.

"Kalau kita enggak bisa mengkombinasikan itu maka kita gagal memprediksi apa yang dibutuhkan oleh global demand. Sehingga kita memproduksi sesuatu yang tidak diminati oleh pasar global," sambungnya.

Peresmian masuknya komoditas nikel dan timah ke SIMBARA di Kemenkeu

Photo :
  • Antara

Menurutnya, perkembangan industri baterai listrik hanya akan terjadi hingga 2030-2040. Sehingga dengan itu, harus dilakukan inovasi yang luar biasa, sebab setelah 2040 baterai akan digantikan oleh hidrogen. 

"Kalau kemudian kita tidak dari sekarang mempersiapkan itu begitu era baterai listrik sudah selesai, hilang kesempatan ekonomi kita dan harus kita siapkan penggantinya, mulai dari nol lagi," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya