INACA Ungkap Industri Penerbangan Sedang Tidak Baik-baik Saja

Ketua Umum Indonesia National Air Carriers Association (INACA), Denon Prawiraatmadja
Sumber :
  • VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya

Jakarta, VIVA – Ketua Umum Indonesia National Air Carriers Association (INACA), Denon Prawiraatmadja mengatakan, saat ini industri penerbangan Indonesia tengah menghadapi banyak tekanan baik dari dalam maupun luar negeri, sehingga kondisinya tidak sedang baik-baik saja.

Presiden Prabowo Bersyukur Indonesia Damai di Tengah Ketegangan Geopolitik Dunia

Dia menjelaskan, tantangan dari dalam negeri misalnya seperti persoalan terkait biaya-biaya operasional penerbangan yang masih tinggi, serta adanya pungutan seperti bea masuk dan pajak yang turut membebani maskapai dan penumpang.

Dari luar negeri, krisis geopolitik dunia telah mempengaruhi banyak hal terkait penerbangan. Misalnya harga avtur yang tinggi, nilai tukar mata uang yang selalu bergejolak, sulitnya pengadaan pesawat dan spareparts, hingga rute penerbangan yang terganggu.

2 Pejabat Suriah Sebut Presiden Al-Assad Kemungkinan Tewas, Pesawatnya Hilang dari Radar

"Bisnis penerbangan seperti sudah jatuh tertimpa tangga. Karena belum selesai 100% pemulihan akibat terdampak pandemi COVID-19 dari tahun 2020-2022, dan sekarang terdampak krisis geopolitik global," kata Denon dalam keterangannya, Jumat, 18 Oktober 2024.

Ilustrasi Industri Penerbangan

Photo :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar
Garuda Indonesia Group Operasikan 98 Pesawat di Libur Nataru 2024-2025

Padahal, Denon menegaskan bahwa maskapai nasional telah berupaya menambah produksi untuk menambah penghasilan. Namun, nyatanya mereka masih terkendala biaya yang sangat besar. Hal itu masih ditambah lagi dengan melemahnya daya beli masyarakat, yang mengakibatkan upaya ini tidak begitu berpengaruh.

Guna mengatasinya, Denon mengungkapkan perlunya kolaborasi yang lebih baik antar berbagai stakeholder di industri penerbangan. Selain kerja sama antar maskapai, kerja sama juga harus dilakukan dengan otoritas penerbangan, pengelola bandara, penyuplai avtur, jasa groundhandling, MRO, akademisi, media massa, hingga dengan penumpang.

"Berbagai problem yang menghantam industri penerbangan menyadarkan kita bahwa jika ingin survive, kita harus melakukan kerja sama, kolaborasi antar semua stakeholder. This is collaboration era, not competition era! Tantangannya terlalu besar untuk kita hadapi sendiri-sendiri," ujar Denon.

Sejalan dengan hal tersebut, Denon memastikan bahwa INACA selama ini telah melakukan pendekatan kepada berbagai stakeholder, dan berupaya menjadi teman diskusi dalam upaya pengembangan industri penerbangan nasional.

Misalnya menginisiasi penerbitan aturan terkait impor spareparts pesawat, hingga penundaan penerapan penggunaan Rupiah untuk transaksi jasa sewa angkutan udara (charter flight) dengan menggunakan kuotasi valuta asing dan pembayaran Rupiah.

"INACA juga telah membuat kajian dan mengirim surat kepada Menteri Perhubungan, terkait permintaan pemberlakuan bea masuk 0 persen untuk sparepart pesawat," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya