Gubernur Jabar dan Wali Kota Bandung Terpilih Duet Maut Mau Bangun Proyek Rp1 Triliun
- VIVA.co.id/Adi Suparman (Bandung)
Bandung, VIVA - Kemacetan di Bandung menjadi sorotan utama dalam perbincangan antara Gubernur Jawa Barat terpilih Dedi Mulyadi dengan Walikota Bandung terpilih M. Farhan.
Isu ini direspons dengan ide besar yaitu pengembangan LRT dan BRT senilai Rp1 triliun.
Rencana ambisius ini, menurut Dedi, adalah langkah konkret untuk memecahkan masalah lalu lintas yang sudah bertahun-tahun menjadi keluhan masyarakat.
"Kalau saya, sudah salaman. Saya pasti wujudkan. Tinggal teknisnya, pembagian anggaran ini bisa nggak?" ucap Dedi penuh optimisme dalam akun Instagramnya, Senin (3/2/2025).
Muhammad Farhan
- Adi Suparman (Bandung)/VIVA
Rencana tersebut melibatkan pembagian anggaran antara provinsi dan kota, yaitu Rp750 miliar untuk provinsi dan Rp250 miliar untuk Kota Bandung.
Dedi menegaskan bahwa proyek ini harus segera dieksekusi dengan target dua tahun.
"Salaman ya, kita selesaikan. Insya Allah," ujarnya sambil menggarisbawahi pentingnya kolaborasi semua pihak demi kelancaran proyek ini.
Walikota Bandung terpilih M Farhan menyanggupinya, "Yang paling penting, jangan sampai konsepnya hanya di atas kertas. Kita bicara implementasi nyata, seperti ukuran bus BRT yang sesuai kondisi jalan di Bandung," ujar Farhan.
Ia menjelaskan bahwa bus ukuran sedang lebih ideal untuk kota dengan jalan sempit seperti Bandung.
Ide ini disambut baik oleh Dedi, yang menggarisbawahi pentingnya perencanaan matang agar kendaraan besar tidak justru memperparah kemacetan.
Selain LRT dan BRT, Dedi juga menyinggung rencana pembangunan jalan tol baru di kawasan Pasteur menuju Lembang.
"Yang penting kemacetan di Pasteur terurai. Mereka yang menuju Lembang nggak perlu lewat Pasteur," tegasnya.
Solusi ini diharapkan dapat mengurangi beban lalu lintas di jalur utama.
Selain itu, perhatian juga diberikan pada fasilitas trotoar. Dedi mengkritisi trotoar yang dibuat dari bahan kurang tahan lama.
"Trotoar itu harus kuat, nyaman untuk pedestrian, dan punya peneduh serta penerangan yang memadai," katanya.
Ia juga memimpikan Bandung tanpa kabel udara yang berseliweran. "Target kita, dalam tiga tahun ke depan Bandung sudah herinku kabel," imbuhnya.
Isu lain yang tak kalah penting adalah pengelolaan sampah. Farhan mengakui bahwa sistem saat ini masih menghadapi tantangan besar.
"Saat ini kita kirim sampah ke TPA, tapi kapasitasnya terbatas. Maka, teknologi pemusnahan sampah harus segera diterapkan," ujarnya.
Dedi sepakat bahwa pembangkit listrik tenaga sampah bisa menjadi solusi jangka panjang untuk masalah ini.
Kolaborasi antara pemerintah provinsi, kota, dan masyarakat menjadi kunci dari semua rencana tersebut.
Dedi menutup diskusi dengan pernyataan tegas, "Yang penting kita punya komitmen untuk menyelesaikan semua ini, bukan cuma wacana. Bandung harus jadi kota yang nyaman untuk semua."