PMII Pamekasan Ungkap Temuan Rokok Polos dan Dampaknya di Madura

PMII Pamekasan melakukan audiensi [dok. PC PMII Pamekasan]
Sumber :
  • VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya

Jakarta, VIVA – Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) membeberkan beberapa persoalan yang terjadi di Madura. Dimana, peredaran rokok polos (tanpa pita cukai) di Madura kini makin masif.

Bos Philip Morris International Apresiasi Pemerintah RI Jaga Iklim Investasi Kondusif

Hal itu jelas merugikan para pelaku industri kretek di tingkat industri kecil dan menengah, karena mereka harus berhadapan dengan para pelaku usaha rokok polos di pasar.

"Dampak terbesarnya justru berisiko mengurangi pendapatan negara dari sektor cukai, karena konsumen tidak memiliki daya beli untuk produk yang lebih mahal atau rokok legal," kata Ketua Umum PC PMII Pamekasan, Homaidi dikutip dalam keterangan tertulis, Kamis, 6 Februari 2025.

Petani Khawatir Rencana Penyeragaman Kemasan Rokok Bikin Penyerapan Tembakau Terganggu

Ilustrasi rokok

Photo :
  • freepik

Kemudian, ia melanjutkan, selama ini industri kretek kelas kecil dan menengah memiliki peran penting dalam ekonomi lokal. Mereka menciptakan lapangan kerja tidak hanya di sektor industri, tetapi juga dalam rantai pasokan seperti pengecer, distributor, petani tembakau, dan pekerja kasar di industri pengolahan tembakau. 

Gaprindo Ungkap Kerugian Rencana Penyeragaman Kemasan Rokok

"Data dari beberapa daerah menunjukkan bahwa pabrik kelas menengah memiliki tenaga kerja dengan proporsi yang signifikan dalam skala ekonomi lokal," ujarnya. 

PMII Kritik Rencana Audiensi Diabaikan

PMII Pamekasan pun mengkritik Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai Madura, M. Syahirul Alim, karena dinilai mengabaikan permintaan untuk beraudiensi dengan PC PMII Pamekasan.

Homaidi mengatakan, agenda audiensi yang sudah dijadwalkan dua kali nyatanya tidak dihadiri oleh Syahirul, dan hanya diterima oleh salah seorang staf yang pandangannya bersifat normatif dan hanya terkesan menampung aspirasi saja. 

"Padahal yang kami perlukan adanya dialog yang tujuannya mencari keputusan," kata Homaidi.

Homaidi yang hadir bersama belasan pengurus PC PMII itu, bermaksud ingin menyampaikan aspirasinya terkait tingkat pengawasan kepala kantor Bea Cukai Madura yang dirasa lemah. Kemudian, mereka juga ingin berdiskusi mengenai kebijakan yang kurang fair alias diskriminatif. 

"Kami merasa didiskriminasi dengan kebijakan yang tidak memberikan rasa keadilan. Kami masih beritikad baik bisa beraudiensi dengan kepala kantor Bea Cukai Madura untuk mencari solusi bersama," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya