Bahlil soal Tarif Trump: Ini Hal Biasa, Jangan Dianggap Seperti Dunia Mau Berakhir
- VIVA.co.id/Yeni Lestari
Jakarta, VIVA – Ketua Umum Partai Golkar sekaligus Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia buka suara soal kebijakan tarif dagang baru yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.Â
"Amerika menaikkan tarif perdagangan dari beberapa negara yang memang negara tersebut surplus dan bagi Amerika adalah defisit. Indonesia salah satu yang mendapatkan tarif sebesar 32 persen," kata Bahlil dalam acara halal bihalal Partai Golkar di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta Barat, Rabu, 16 April 2025.
Bahlil kemudian menyinggung ilmu HIPMI dimana seseorang biasanya membuat gerakan untuk melihat kelompok lain berkompromi. Hal inilah yang menurut Bahlil sedang dilakukan Trump.
"Karena kalau disuruh datang baik-baik nggak mau datang. Buat dulu gerakan tambahan habis itu orang akan datang. Kira-kira, mirip-mirip itulah yang dilakukan oleh Presiden Trump sekarang," ujarnya.
Menurut Bahlil, yang dilakukan Trump saat ini merupakan hal yang biasa. Dia pun meminta semua pihak untuk tidak menganggap kebijakan Trump sebagai tanda bahwa dunia akan berakhir.
"Dan, ini menurut saya ini hal yang biasa aja. Jangan juga ditanggapi serius seperti dunia ini sudah mau berakhir," kata  Bahlil.
Sebelumnya diberitakan, Menteri Koordinator (Menko) bidang Perekonomian Airlangga Hartarto akan bertolak ke Amerika Serikat (AS) pada Selasa, 15 April 2025 malam ini untuk melakukan negosiasi terkait tarif resiprokal yang diterapkan Presiden AS Donald Trump.
"Iya berangkat malam ini," kata Airlangga kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Selasa, 15 April 2025.
Airlangga menyebut, negosiasi penurunan tarif resiprokal ini akan berlangsung dalam beberapa kali pertemuan.Â
"Targetnya kan yang pasti ada pembicaraan beberapa putaran," ucap dia.
Sejauh ini, Airlangga menyebut belum ada target khusus dari Prabowo terkait tarif resiprokal yang ditetapkan Trump. Namun, Prabowo kata dia berharap adanya penurunan pada tarif terhadap Indonesia.
"Belum ada (target dari Prabowo), yang penting diturunkan," jelas dia.