Analis Sebut Investasi Emas Masih Menarik, Bakal Tembus US$ 3.500 per Ons

Ilustrasi Emas
Sumber :
  • www.freepik.com

Jakarta, VIVA – Emas dinilai masih menarik untuk dijadikan pilihan investasi dalam beberapa bulan ke depan. Sejalan dengan proyeksi harga emas dunia yang diperkirakan melanjutkan tren penguatan di tengah kondisi geopolitik dan makroekonomi global yang tidak menentu.

IHSG Sesi I Melesat Usai BI Pangkas Suku Bunga, Ini 3 Saham Top Gainers

Head of Research & Chief Economist Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto, tidak menampik risiko geopolitik dan makroekonomi global masih menjadi pendorong utama harga emas dunia sejak awal tahun. Sebagai instrumen safe have, harga emas akan kembali naik jika kondisi global diliputi ketidakpastian atau bahkan jika terjadi sentimen negatif. 

Harga komoditas emas global ditutup di kisaran US$3.340 per troy ounce pada Rabu, 11 Juni 2025. Angka tersebut mencatatkan kenaikan lebih dari 27 persen secara year on years yang berada di sekitar US$2.620 per troy ounce.

Dugaan Korupsi Chromebook Melebar, Kejagung Sita Dokumen Penting di Kantor GoTo, Terkait Apa?

“Kami masih optimis harga emas masih bisa menguat hingga US$3.500 per troy ounce dalam jangka pendek, yaitu pada periode 1–3 bulan ke depan," ujar Research Analyst Mirae Asset Sekuritas Farras Farhan, saat ditemui di acara Media Day pada Kamis, 12 Juni 2025.

Analis Mirrae Asset Sekuritas Farras Farhan

Photo :
  • VIVA/Ayesha Puri
OJK Panggil Ajaib Sekuritas dan Investor Ritel Niyo di Kasus Investasi Rp 1,8 Miliar

Farras menjelaskan, prediksinya mengacu pada rerata harga emas tahunan diproyeksikan akan mencapai US$3.100 per troy ounce. Sejak awal tahun rerata harga emas sudah mendekati target tersebut sehingga ia yakin harga emas masih dapat menguat hingga akhir tahun ini.

Selain itu, Farras juga menyoroti beberapa momentum yang berpotensi mendongkrak harga emas global. Dua diantaranya adalah kebijakan dagang Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang tengah memasuki masa 90 hari suspensi tarif serta lonjakan permintaan saat perayaan Diwali di India pada Oktober mendatang.

"Kita masih akan melihat lagi, apakah Diwali ini pembelian emas akan ada pembelian emas signifikan seperti sebelumnya," sambung Farras.

Farras mengatakan, biasanya periode kuartal III terjadi peningkatan harga emas secara signifikan setidaknya terjadi dalam dua tahun terakhir. Namun, Farras sedikit pesimis hal yang sama akan terulang kembali di tahun ini mangingat harga emas sudah terbilang mahal.

"Bahasa gampangnya seperti ini, ibu-ibu di India ketika mereka mau beli emas untuk anak-anak itu yang tadinya belinya di harga Rp 1 juta sekarang harus beli di harga Rp 1,5 juta. Pertanyaannya apakah akan sebanyak itu atau enggak?," kata Farras.

Ilustrasi Membeli Emas

Photo :
  • ist

Situasi tersebut juga pendorong kemungkinan adanya potensi slowing down pada kuartal III atau IV tahun ini. Faktor lain yang bisa menekan harga emas adalah peningkatan suplai produksi dari Australia dan kemungkinan penurunan permintaan.

"Terlepas dari itu kita memang masih lumayan positif ya dengan emas dibandingkan komoditi-komodit lainnya," ujar Farras.

Lebih lanjut, Farras mengatakan investor paras modal bisa merasakan cuan dengan mengambil peluang dari tren harga emas ini. Ia menyebut ada empat emiten yang layak dipantau sepanjang tren kenaikan harga emas.

“Ada empat emiten yang ada dan memang relatively liquid dan lumayan actively traded ya di market, yaitu ANTM, BRMS, MDKA, dan AMMN,” lanjutnya.

Menurut Farras, keempat emiten tersebut dapat menangkap keuntungan dari lonjakan harga emas saat ini. Selain itu, emiten tersebut dinilai sangat relevan dengan industri emas.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya